REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Bank sentral Cina milik pemerintah akhirnya mengizinkan nasabah AS untuk memperdagangkan yuan Cina. Ini merupakan langkah baru menuju internasionalisasi mata uang yang dikendalikan dengan ketat, Wall Street Journal melaporkan Selasa (11/1).
Seorang pejabat Bank of China cabang New York mengatakan langkah bank tersebut untuk mengantisipasi kemungkinan pembebasan kendali terhadap yuan atau renminbi (RMB), yang secara ketat dikelola oleh Beijing.
"Kami sedang mempersiapkan hari ketika renminbi dapat dipertukarkan sepenuhnya," kata manajer cabang Li Xiaojing kepada surat kabar itu. Li mengatakan bank itu ingin menjadi "pusat kliring renminbi di Amerika."
Beijing membuka batasan perdagangan yuan di Hong Kong pada Juli. Sejumlah bank barat juga diizinkan berdagang dalam mata uang itu. Namun langkah Bank of China akan menjadi yang pertama bagi bank BUMN yang menawarkan fasilitas perdagangan yuan di luar Cina.
Komentar Li dikeluarkan sepekan sebelum Presiden Cina, Hu Jintao dijadwalkan tiba di Washington untuk melakukan pembicaraan dengan Presiden Barack Obama.
Tuduhan AS bahwa Cina mempertahankan yuan undervalue (dibawah nilai asli) secara artifisial diperkirakan akan menjadi salah satu topik utama dalam diskusi antar-presiden itu. AS mengatakan yuan yang terlalu rendah nilainya merupakan akar ketidakseimbangan sangat besar dalam perdagangan bilateral yang menguntungkan Cina.
Pada 6 Januari People's Bank of Cina, bank sentral Cina, berjanji untuk meningkatkan fleksibilitas nilai tukar yuan sambil menjaganya "pada tingkat yang masuk akal dan seimbang."