Ahad 05 Dec 2010 10:48 WIB

Tingkatkan Mutu Hortikultura, Indonesia-Jepang Bangun Lab VHT

Rep: yogie respati/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,KARAWANG--Catatan produk hortikultura yang minus di neraca perdagangan Indonesia membuat peningkatan mutu ekspor menjadi hal penting. Kementerian Pertanian dan pemerintah Jepang pun menjalin kerja sama dalam pembangunan laboratorium perlakuan uap panas (Vapor Heat Treatment/VHT) untuk penanganan lalat buah pada buah tropis. Di tahap awal buah yang akan diujicoba adalah mangga.

Menteri Pertanian, Suswono, mengatakan laboratorium VHT menjadi salah satu upaya untuk mencapai target peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, khususnya produk hortikultura. Ia mengakui secara umum Indonesia masih harus bekerja keras meningkatkan daya saing tingkat ketersediaan dan pengaturan serta pengelolaan panen dan pascapanen produk hortikultura.

Suswono memaparkan berdasar data statistik produk hortikultura Indonesia yang diekspor dibanding produksi nasional relatif masih kecil, yaitu sayuran 1,7 persen dan buah 1,2 persen. Sementara, impor produk hortikultura dibanding produk nasional, yaitu buah 2,1 persen dan sayuran 6,1 persen. “Dari data itu menunjukkan produk hortikultura masih terbuka luas untuk ditingkatkan ekspornya, dengan catatan mutunya dapat ditingkatkan,” kata Suswono saat peresmian laboratorium VPT di Jatisari, Karawang, Sabtu (4/12).

Suswono menyadari banyak negara yang tidak mengizinkan produk hortikultura impor karena masalah organisme pengganggu tumbuhan, termasuk lalat buah. Untuk itu, lanjutnya, penerapan teknologi menjadi kunci utama. Penggunaan VHT pada produk hortikultura pun diharapkan dapat meningkatkan ekspor Indonesia di masa mendatang, terutama ke negara yang menetapkan diberlakukannya persyaratan termal treatment dengan mesin VHT, seperti Jepang, Korea Selatan, Australia dan Cina. Dengan adanya bantuan teknis dari Jepang, Suswono berharap neraca perdagangan produk hortikultura Indonesia dapat seimbang di masa mendatang.

Di sisi lain, Suswono menambahkan teknologi VHT tak akan merugikan petani karena petani tetap bisa suplai kepada eksportir. “Petani akan terus kita bimbing supaya hasil produksinya baik dan kita harapkan petani bisa kerja sama dengan eksportir,” ujar Suswono. Di tahap awal ujicoba VHT akan dilakukan pada mangga yang selama ini menjadi favorit masyarakat Jepang. Namun ke depannya VHT juga dapat digunakan untuk buah lainnya, seperti paprika, buah naga, pepaya, kesemek, jambu biji.

Sementara, Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Hasanudin Ibrahim, mengatakan di masa mendatang pihaknya pun mengharapkan ada swasta yang mengembangkan VHT pada skala besar. “Tahun depan kita mulai sounding teknologi VHT ini ke swasta untuk investasi di pelabuhan atau sentra produksi hortikultura,” tukas Hasanudin.

Di lain pihak, ia menuturkan kerja sama dengan Jepang ini juga diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan staf Kementan akan standar buah untuk diekspor. Kerja sama proyek dengan Jepang ini dilakukan selama 3,5 tahun (Oktober 2009-Maret 2013 dengan total nilai 280 juta yen. Selama masa kerja sama, papar Hasanudin, Jepang mengirimkan satu tenaga ahli untuk mentransfer teknologi VHT hingga 2013, dan tiga ahli penanganan lalat buah yang datang selama musim mangga antara September-Desember.

Ia memaparkan setidaknya akan ada 5000 mangga yang diujicoba setiap musimnya di lab VHT di Karawang dengan 10 ribu lalat buah dari tiga spesies. Sampel mangga yang diuji berasal dari Cirebon, Indramayu, dan Majalengka dengan kualitas ekspor. Total produksi mangga di tahun ini tercatat 1,27 juta ton. Saat ini terdapat 323 jenis hortikultura yang menjadi mandat Kementan untuk ditangani.

Sementara, Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Kojiro Shiojiri, mengatakan kerja sama proyek dilakukan untuk meningkatkan mutu produk tanaman dan persiapan karantina ekspor buah Indonesia. Pihaknya pun memandang Indonesia sebagai pasar penting. “Jepang akan mengalami keuntungan besar jika pertanian Indonesia juga maju karena banyak orang Jepang ingin makan buah dari Indonesia tapi karena standar di Jepang ketat belum memungkinkan banyak ekspor dari Indonesia masuk ke Jepang,” kata Kojiro.

Kepala Perwakilan JICA Indonesia, Motofumi Kohara, pun berharap kerja sama VHT ini dapat berkontribusi bagi perekonomian Indonesia. Selama ini produk hortikultura yang diekspor ke Jepang, diantaranya adalah mangga, salak, dan manggis.

Berdasar data BPS, ekspor nonmigas pada Oktober 2010 mencapai 11,61 miliar dolar AS. Ekspor nonmigas ke Jepang Oktober 2010 mencapai angka terbesar yaitu 1,34 miliar dolar, disusul Cina 1,30 miliar dolar dan Amerika Serikat 1,22 miliar dolar.

Nilai bantuan laboratorium VHT

Share Jepang: peralatan VHT 107.730.000 yen, nilai bangunan 30 juta yen serta tenaga expert. Hibah yang diterima dalam bentuk bangunan laboratorium, mesin VHT skala uji (dua unit), biotron (3 unit), satu unit penyimpan buah, satu unit generator set, tenaga expert JICA, dan peralatan pendukung lainnya.

Share Indonesia:counterpart, biaya operasional uji coba (listrik, operasional, generator set, telepon, internet, fasilitasi ruang expert)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement