REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pengamat Ekonomi Nasional Anggito Abimanyu memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2011 mendatang akan mencapai 6,3 persen, lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Namun diperlukan manajemen risiko yang juga diprediksi akan lebih tinggi.
"Pertumbuhan ekonomi tahun 2011 yang diprediksi akan lebih tinggi dari tahun 2010 di angka 5,9 persen akan diikuti dengan risiko yang tinggi," ujar Mantan Kepala Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan dalam Seminar 'Economic and Industry Outlook 2011' di Jakarta, Selasa (30/11).
Menurutnya Indonesia berada di tengah kondisi alam yang rawan bencana saat ini berada di 22 gunung api yang tengah aktif, maka diperlukan adanya manajemen resiko yang lebih baik. Misalnya saja dalam hal asuransi keselamatan bagi masyarakat yang berada di daerah-daerah sekitar gunung api tersebut.
"Kita perlu menambahkan dimensi bencana alam dalam resiko perekonomian Indonesia mengingat 22 gunung api berada dalam kondisi aktif," kata dia.
Sementara itu, resiko lain terdapat pula dalam hal tingginya angka inflasi yang didominasi kenaikan harga beras dan bahan pokok lain. Di 2010, harga beras naik sebesar 15,2 persen disertai minyak goreng melonjak sampai dengan 14 persen. Harga bahan pokok yang naik, kata dia, merupakan akibat dari kurangnya stok beras dibanding tahun lalu.
"Stok beras tahun ini lebih sedikit dari tahun lalu, pemerintah juga tidak dapat melakukan impor dari Vietnam karena di sana juga mengalami kelangkaan," ungkapnya.
Ia menyatakan, krisis bahan pangan bukanlah hal yang mudah tetapi dapat dijadikan suatu tantangan dan peluang. Anggito memprediksi angka inflasi tahun depan tidak akan kurang dari 5 persen. Tetapi angka tersebut bila tetap diikuti dengan suku bunga BI sebesar 6,5 persen akan dapat terus mendorong investor asing ramai memasuki pasar Indonesia.
Lebih dari itu, nilai tukar yang menguat saat ini dinilai olehnya masih tetap berada di angka yang kompetitif bagi para pelaku ekspor. "Apresiasi nilai rupiah di Rp8.900-Rp.9050 per dolar masih kompetitif bagi eksportir di tengah mata uang regional lain yang juga menguat," ujarnya.
Ia juga mengaku optimis di tahun 2011 mendatang Indonesia akan mencapai "investment grade" diimbangi dengan pertumbuhan manufaktur sebesar 5,0 persen untuk pertama kalinya selama 10 tahun terakhir.