REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Nilai ekspor mebel dan kerajinan tumbuh sekitar 20 persen selama tahun ini dengan nilai mencapai 2,8 miliar dolar AS. Ketua Umum Asosiasi Mebel Indonesia (Asmindo), Ambar Tjahjono, mengatakan, sektor mebel dan kerajinan tumbuh bagai bintang kejora di industri perkayuan.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) selama tiga triwulan pertama 2010, pertumbuhan industri sektor kayu dan produk kayu merosot 4,96 persen ketimbang periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy). "Kalau di subsektor furniturnya, naik. Malah di Januari-Juni naiknya hampir 28 persen," katanya ketika dihubungi, Ahad (28/11).
Dia mengatakan, meningkatnya ekspor hingga di atas 20 persen itu melampaui target di awal tahun, yakni 10 persen. Penguatan ekspor didorong memulihnya daya beli di pasar utama seperti Amerika Serikat (AS) dan kawasan Eropa Barat. Walau pemulihan perekonomian di AS dan Eropa tidak secepat harapan, namun geliatnya dapat mendongkrak ekspor mebel dan kerajinan. Karena itu, Asmindo juga getol menajamkan ekspor ke Timur Tengah.
Di semester kedua tahun ini, kata Ambar, kinerja industri mebel dan kerajinan cenderung melambat dibanding enam bulan sebelumnya. Hal itu tak pelak karena nilai tukar rupiah menguat demikian cepat sehingga menurunkan daya beli konsumen di luar negeri. Dia membandingkan, Pemerintah India merespon penguatan mata uangnya dengan lebih sigap. "Di India, begitu kurs menguat pemerintahnya menurunkan suku bunga bank sehingga industri tetap jalan. Di sini bunga tetap tinggi," tuturnya.
Pelambatan kinerja industri mebel dan kerajinan di semester kedua, dia meneruskan, juga terpengaruh kolapsnya sejumlah pasar utama di Eropa seperti Yunani, Turki dan Spanyol. Krisis keuangan beruntun ini turut mempengaruhi negara Eropa lainnya. Dahulu, Yunani merupakan pasar yang prospektif, namun kini hancur oleh krisis. "Malah banyak pengusaha kita yang sudah terlanjur ekspor barang ke sana namun tidak terbayar sama pengusaha Yunani sampai miliaran rupiah," ucapnya.