REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Berdasarkan perhitungan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Yogyakarta, kerugian yang diderita Pemkab Sleman dan Pemprov DIY akibat letusan Gunung Merapi diprediksikan mencapai Rp 5 triliun. Kerugian tersebut termasuk pemukiman warga, sarana parasarana publik, dan kerugian yang dialami oleh sektor perikanan serta wisata di Kaliurang.
Perhitungan kerugian itu dilakukan hingga tanggal 14 November 2010 lalu. "Kerugian itu pun bisa terus meningkat, karena pendataan masih terus dilakukan," ujar Ketua ISEI Yogyakarta yang juga Guru Besar UGM, Prof Lincolin Arsyad, Kamis (18/11).
Menurut Lincolin, letusan Gunung Merapi tersebut juga diprediksi bisa meningkatkan potensi kredit macet sektor perbankan di Yogyakarta. Berdasarkan data Bank Indonesia Yogyakarta, jumlah debitur UMKM di Kabupaten Sleman dan terkena dampak letusan Merapi mencapai 3.655 orang. Potensi kredit macet dari para debitur tersebut mencapai Rp 106,4 miliar. "Ini baru data hingga pertengahan November, padahal aktivitas Merapi masih tinggi dan tidak tahu kapan selesainya. Jadi kemungkinan bertambah masih cukup tinggi," tambahnya.
Karena itulah untuk membantu para debitur dan masyarakat Sleman yang terkena dampak bencana Merapi, ISEI Yogyakarta membentuk sebuah tim Percepatan Pemulihan Ekonomi Pasca Erupsi Bencana Merapi. Bertindak sebagai ketua tim adalah Prof Mudrajad Kuncoro. Tim ini bertugas untuk membuat program bagi pemulihan ekonomi dan pemulihan citra Kota Yogyakarta sendiri.
Bersama Pusat Studi Bencana (PSB) UGM, tim ini telah melakukan pertemuan dan berkoordinasi dengan Bupati Sleman, Sri Purnomo, pada tanggal 14 November 2010 lalu. Dari pertemuan tersebut Pemkab Sleman dengan tangan terbuka menerima sumbang pemikiran dari ISEI Cabang Yogyakarta, dan secara teknis akan lebih banyak saling berkoordinasi.