REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/11) pagi turun 0,51 persen, karena pelaku kembali melepas sahamnya, akibat saham-saham di Wall Street cenderung tak menentu. Situasi pasar di Wall Street yang tak menentu dan kekhawatiran atas krisis utang di Irlandia memicu pelaku pasar melepas sahamnya sehingga indeks BEI melemah, kata analis PT Valbury Asia Securities, Krisna Dwi Setiawan di Jakarta.
Indeks BEI turun 18,363 poin menjadi 3.655,786 dan indeks LQ-45 berkurang 0,43 persen atau 2,922 poin menjadi 670,952. Krisna Dwi Setiawan mengatakan, melemahnya indeks BEI karena pasar eksternal cenderung negatif yang berimbas ke pasar domestik, meski dolar AS melemah. "Dolar AS turun terhadap euro dan yen, setelah data AS menunjukkan harga konsumen meningkat," ujarnya.
Pasar saham domestik, menurut Krishna, selama empat hari ini dilanda kelesuan yang menekan indeks BEI terus terpuruk hingga mendekati level 3.650 atau 3.655,786 poin. "Koreksi harga terhadap indeks itu dinilai analis hanya bersifat sementara, setelah indeks menguat hingga mendekati level 3.800 poin," ucapnya.
Ia mengatakan, tekanan pasar yang negatif itu diperkirakan akan berlanjut, akibat kenaikan indeks yang terlalu cepat dari 3.000 poin terus menguat hingga mencapai 3.700 poin lebih. "Saham-saham yang paling banyak mengalami koreksi adalah saham industri perbankan," lanjut Krishna.
Saham Astra Internasional misalnya turun Rp 750 menjadi Rp 55.250, saham Astra Agro Lestari melemah Rp 600 menjadi Rp 24.400, saham BTPN melemah Rp 200 menjadi Rp 14.800, saham BCA turun Rp 200 menjadi Rp 6.850. Selain itu, saham United Tractor melemah Rp 200 menjadi Rp 23.050, saham BRI merosot Rp 150 menjadi Rp 11.700 dan saham Indo Tambang Mega turun Rp 100 menjadi Rp 49.450.