Jumat 12 Nov 2010 06:49 WIB
Laporan M Ikhsan Shiddieqy dari SEOUL

G20 Diminta Tolak Perang Kurs

Rep: ikh/ Red: Krisman Purwoko
G20 Summit
G20 Summit

REPUBLIKA.CO.ID,SEOUL--Indonesia sebagai salah satu negara anggota G20 ingin pertemuan puncak KTT G20 di Seoul 11-12 November 2010 meredam perang kurs yang membayangi perekonomian global. Hal itu penting karena pertemuan puncak ini dihadiri langsung oleh para pemimpin negara, sehingga harus disadari penguatan dan keseimbangan perekonomian global harus menjadi perhatian utama.

"Currency war mudah-mudahan tidak terjadi, karena pada tingkat leaders harusnya paham, (bahwa) currency penting, fair play penting, balance penting, manakala ada masalah jangan langsung tarik confrontation lain," kata Presiden sebelum mendarat di Incheon International Airport, Seoul, Kamis (11/11) petang waktu setempat. Presiden akan mulai bergabung dalam forum pada Jumat (12/11).

Pertemuan G20 November 2010 ini merupakan pertemuan puncak yang dihadiri oleh seluruh pemimpin negara. Beberapa bulan sebelumnya, forum G20 ini sudah melakukan pertemuan tingkat menteri keuangan dan gubernur bank sentra dari masing-masing anggota. Usai pertemuan tingkat kepala negara diharapkan ada draf kesepakatan akhir dari seluruh negara anggota untuk tercapainya keseimbangan ekonomi global.

Presiden ingin G20 menjadi forum untuk mencapai pertumbuhan yang merata di seluruh dunia, tidak untuk membahas isu tertentu yang mengandung konfrontasi. "Marilah kita bicarakan utuh, yang penting perekonomian dunia makin balance, trade makin berimbang," kata Presiden menegaskan.

Pertemuan puncak G20 ini dibayangi pula oleh kondisi keuangan negara-negara di dunia yang mengalami defisit atau surplus yang berlebihan. Presiden mengajak semua negara menjalankan mekanisme pasar. "Defisit atau surplus yang berlebihan kita normalkan, follow the market mechanism based on the fundamental we have," kata Presiden.

Dalam kesempatan itu, Presiden mengaku diminta langsung oleh pemimpin Korea agar hadir dan menjadi pembicara utama dalam forum ini pada topik pembangunan, Jumat (12/11). "Saatnya Asia tampil," tegas Presiden. Pada pertemuan puncak G20 Kamis (11/11), Indonesia diwakili Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu.

Presiden mengingatkan, negara berkembang akan mengalami kesulitan jika dilupakan oleh negara maju di G20. "Kalau terjadi, dunia tidak akan aman, pasti punya masalah, security, risk, dan segala macam," kata Presiden. Indonesia sudah mendekati kelompok emerging nation. Presiden ditunjuk menjadi pembicara utama dalam topik pembangunan karena Indonesia punya pengalaman empirik.

Indonesia juga membawa pesan bahwa kendali perekonomian dunia harus merata. "Kalau hanya menjadikan Amerika Utara dan Eropa menjadi pilar perekonomian global dan terjadi sesuatu pada pilar itu, pada sumber itu, maka semua perekonomian mengalami guncangan krisis," katanya. Presiden mengingatkan, penyelamat krisis global dua tahun lalu disumbang tiga negara yang tetap mengalami pertumbuhan positif, yakni Cina, India, dan Indonesia.

Musibah perekonomian global dua tahun lalu membuat kita semua sadar bahwa jika ada negara yang salah di mengelola perekonomian, dampaknya akan bersifat global. Hal itu perlahan mulai disadari ketika dilansungkannya pertemuan puncak G20 yang pertama di Washington DC. Dari pertemuan itu diketahui bahwa perekonomian dunia tidak seimbang, sehingga harus memiliki kekuatan.

Kehadiran Presiden di Seoul ini juga membawa pesan bahwa negara yang mengalami defisit dan surplus berlebihan bisa memicu krisis. "Trade deficit, trade surplus, current account deficit, current account surplus, budget deficit, budget surplus, itu harus pada range yang patut, dengan demikian, tidak menyimpan bom waktu," kata Presiden.

Alasannya, kata Presiden, perekonomian dunia kini terintegrasi dan terhubung satu sama lain. "Satu batuk, semua batuk. Satu demam, semua kena flu. Ini menggambarkan connectivity, integrasi, dari perekonomian dunia," kata Presiden. Hal itu merupakan gambaran pada krisis global dua tahun lalu.

Lebih lanjut Presiden mengatakan, berlebihan kalau G20 dianggap tidak ada efektivitasnya. Namun, Presiden juga mengakui bahwa G20 tidak mungkin mengeluarkan resep ajaib dan memberi solusi instan. Beberapa negara yang kini sedang dalam tahap recovery membuktikan adanya hasil dari G20. "Kita harus menjaga kebersamaan ini," kata Presiden.

Seperti diberitakan, isu perang kurs merebak dalam pertemuan puncak G20 di Seoul. Isu itu berbicara soal langkah AS yang menurunkan sendiri kurs dolar secara drastis. AS juga melakukan pengucuran dana baru ke pasar sebesar 600 miliar dolar. Kebijakan itu diumumkan hanya satu pekan sebelum berlangsungnya pertemuan puncak G20 di Seoul pada 11-12 November 2010 ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement