REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Hingga September 2010, volume perdagangan Cina di Indonesia telah mencapai 30,35 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Diharapkan angka ini bisa semakin bertambah hingga menembus 40 miliar dolar AS.
"Volume perdagangan Cina di Indonesia per September 2010 mencapai 30,35 miliar dolar AS, diharapkan tembus 40 miliar dolar AS," kata Konsultan Menteri Bidang Ekonomi dan Komersial Kedubes Cina, Fang Qiu Chen di Jakarta, Senin (1/11) malam.
Menurutnya, investasi dari Cina terhitung cukup besar. Pasalnya, Indonesia merupakan negara yang palinng diminati oleh investor dari Negeri Tirai Bambu dibanding negara-nefaea ASEAN (Association South East Asia Nation). "Sehingga perusahaan yang datang dari Cina terus meningkat," ujar Chen.
Selama ini, Cina dan Indonesia telah berhasil menjalin kerjasama. Terlebih lagi sejak diberlakukannya China-Asean Free Trade Agreement (CAFTA). "Kita sangat berhasil kerjasama dalam bidang infrastruktur. Dengan berdirinya CAFTA, ini telah memberi semangat baru dalam kedua perdagangan negara. Tercatat lebih dari 90 persen produk kedua negara telah menikmati tarif nol. Sehingga ini bagus untuk memperluas kerjsama di bidang ekonomi dan perdagangan," jelas Chen.
Sementara itu, Ketua Umum Indonesia-China Bussiness Council (ICBC), Alim Markus, menambahkan, pihaknya berharap bisa menjaring lebih banyak lagi investasi dari Cina ke Indonesia. Pasalnya, tugas pokok utama ICBC yaitu mengundang investor dari Cina untuk menanamkan modal di Indonesia.
"Sampai saat ini ICBC sudah ada di 18 cabang di 18 provinsi. Dalam waktu dekat kita akan menambah empat cabang lagi, sehingga totalnya mencapai 22 cabang. ICBC juga ada lima perwakilan di beberapa kota di Cina, seperti di Shanghai, Naning, dan Fuchuo," ungkap Markus.
Sebagai Ketua Umum ICBC, ia menjelaskan bahwa ICBC merupakan wadah atau organisasi yang tidak hanya diperuntukkan bagi Warga Negara Indonesia (WNI) keturunan Tionghoa semata. Markus mengatakan bahwa semua orang bisa bergabung dan membaur dalam organisasi ini.
"Jadi, ICBC ini adalah wadah yang mempunyai anggota yang beraneka ragam, sehingga bisa saling membaur. Tentunya, anggota dan pengurus bisa gunakan plafon ini bisa mempererat jaringan bisnis dan menarik investor ke Indonesia sesuai dengan tema kami untuk meningkatkan pembangunan ekonomi Indonesia dalam era CAFTA," lugas Markus.