Selasa 02 Nov 2010 03:55 WIB

Bulog Impor 600 Ribu Ton Beras dari Thailand dan Vietnam

Rep: shally pristine/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pemerintah menambah impor beras sebesar 600 ribu ton dari Vietnam dan Thailand. Tambahan ini untuk digunakan untuk menjaga keseimbangan stok Badan Urusan Logistik (Bulog).

Direktur Utama Bulog, Sutarto Alimoeso mengatakan, impor beras dilakukan karena stok beras pihaknya hanya sebesar 963 ribu ton.

Padahal, menurut arahan Presiden, Bulog wajib memiliki stok minimum sebesar 1,5 juta ton. "Stok ini (sebesar 963 ribu ton) akan terus keluar sehingga perlu ada penambahan dari tempat lain," katanya ketika dihubungi wartawan, Senin (1/11).

Penambahan stok, kata dia, juga dilakukan karena ada perkiraan gangguan dari cuaca ekstrim yang terjadi hingga akhir tahun. Faktor cuaca ekstrim yang menyebabkan tingginya curah hujan ini, akan mengganggu produksi. Selain itu, juga ada ancaman banjir di sejumlah daerah produsen beras. "Kita pokoknya harus aman, dengan ancaman iklim yang tidak menentu," ucapnya.

Selain itu, menurut Sutarto, impor beras juga dilakukan lantaran target pertumbuhan produksi di awal tahun yaitu sebesar 3,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya, tidak tercapai. "Ini yang menjadi pertimbangan," ucapnya.

Di tempat terpisah, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan produksi padi atau dikenal dengan istilah Angka Ramalan (ARAM) triwulan III 2010 sebesar 2,46 persen. Artinya, produksi padi tahun ini mencapai 65,98 juta ton gabah kering giling (GKG), naik 1,58 juta ton atau 2,46 persen dibandingkan tahun lalu. Kenaikan ini lantaran karena peningkatan luas panen dan produktivitas.

Sebelumnya, Wakil Menteri Pertanian, Bayu Krisnamurthi pernah mengungkapkan, dia memperkirakan produksi padi tumbuh di kisaran dua persen. Angka ini, kata dia, merupakan capaian yang wajar. Mengingat, 30 tahun terakhir capaiannya bergerak di kisaran tersebut. Namun, dia mengingatkan Aram III tidak akan sampai tiga persen.

Memang, dia mengakui, dua tahun belakangan terjadi capaian fantastis, lebih dari tiga persen. "Itu kejadian luar biasa pada 2008-2009, di mana peningkatan produksi mencapai lima persen," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement