REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Asuransi syariah makin mendapatkan tempat di hati masyarakat. Sejalan dengan periode booming dunia perbankan syariah, produk asuransi yang melandaskan bisnisnya pada konsep ajaran Islam menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan.
"Secara porto folio, asuransi syariah tahun ini tumbuh sekitar 30 persen sampai 40 persen," ujar Direktur Harahap Bussiness Consulting, Hadry Harahap, kepada Republika, Ahad (31/10).
Melansir data Biro Perasuransian Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) yang menyebutkan perolehan kontribusi (premi) peserta asuransi syariah mencapai Rp 2,34 triliun pada tahun 2009, Hadry memperkirakan kontribusi peserta tahun ini bisa mencapai angka Rp 3 triliun.
"Tapi angka pastinya sampai Oktober ini kasih secret di masing-masing perusahaan asuransi syariah," katanya.
Melihat pertumbuhan pasar yang cukup tinggi, Hadry melanjutkan, perusahaan-perusahaan asuransi syariah hendaknya melakukan peningkatan kemampuan SDM (agen) guna merambah pasar yang lebih luas.
Sejauh ini, masalah kemampuan SDM menjadi salah satu kendala perkembangan asuransi syariah nasional. Bahkan tak jarang terjadi praktik sabotase nasabah antara satu perusahaan asuransi syariah dengan perusahaan asuransi syariah lainnya yang disebabkan perpindahan agen. Bila ada agen dari satu perusahaan asuransi syariah pindah ke perusahaan lainnya, maka agen tersebut kerap mengajak pindah para nasabahnya.
"Terutama untuk asuransi syariah yang menjual produk ritel, karena itu aspek manpower harus mendapatkan perhatian khusus," ujar Handy.
Ketua Umum Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI), M Shaifie Zein, mengatakan, sejauh ini peningkatan kontribusi peserta asuransi syariah lebih tinggi dibandingkan premi nasabah asuransi konvensional.
Selain animo masyarakat, kata Shaifie, salah satu aspek yang menyebabkan pertumbuhan posisif tersebut adalah pembukaan sejumlah perusahaan asuransi syariah penuh dan beberapa unit usaha syariah dari perusahaan asuransi nonsyariah.
"Ke depan akan makin banyak lagi perusahaan asuransi yang secara penuh beroperasi dengan prinsip usaha syariah," imbuh Shaifie seraya menambahkan AASI optimistis tambahan jumlah pemain asuransi syariah akan mendongkrak pendapatan kontribusi peserta asuransi syariah secara nasional.
Kepala Bagian Asuransi Syariah Biro Perasuransian Bapepam-LK, Yatty Nurhayati, menambahkan, selama tiga tahun terakhir, laju pertumbuhan kontribusi peserta asuransi syariah menunjukkan optimisme yang tinggi.
Pada 2007, kontribusi peserta asuransi syariah mencatatkan angka Rp 805,5 miliar atau naik 61 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2008, angka kontribusi naik 105 persen menjadi Rp 1,65 triliun. Kemudian pada tahun 2009 melonjak 40 persen menjadi Rp 2,34 triliun.
"Tahun 2009 pertumbuhannya memang agak melambat akibat dampak krisis tahun 2008. Tapi tahun ini trennya kembali positif," ujar Yatty.
Ihwal pemain asuransi syariah, Yatty melanjutkan, sampai pertengahan tahun ini terdapat 44 perusahaan asuransi syariah. Rinciannya, tiga perusahaan asuransi jiwa syariah dan satu perusahaan umum syariah. Selanjutnya, 17 perusahaan asuransi jiwa nonsyariah yang membuka UUS, 20 UUS perusahaan asuransi umum dan tiga UUS dari perusahaan reasuransi.
Dengan jumlah pemain sebanyak itu, Yatty berharap pangsa pasar industri asuransi syariah terhadap pasar premi industri asuransi mencapai 3,7 persen hingga akhir tahun 2010. "Dengan demikian, target pencapaian kontribusi peserta syariah sebesar 5 persen pada 2012 bisa terwujud," tandas Yatty.