REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Harga saham perdana PT Borneo Lumbung Energi dan Metal Tbk dipatok pada kisaran Rp 980-1.280 per lembar saham. Lewat initial public offering (IPO) sebanyak 3,317 miliar atau sekitar 20 persen saham itu diperkirakan akan meraup dana sebesar Rp 3,2-4,2 triliun.
CEO Borneo Lumbung Energi dan Metal, Samin Tan kepada wartawan di Jakarta, Senin (25/10), mengatakan sebesar 50 persen dari perolehan dana IPO tersebut akan digunakan untuk membayar utang perseroan dan anak perusahaan sekitar 50 persen untuk membayar utang ke Sinarmas Sekuritas Rp 600 miliar, dan pembayaran utang ke Bank CIMB Niaga Rp 670 miliar, serta RZB Bank sebesar Rp 685 miliar.
Kemudian 35 persen untuk mendanai program ekspansi kapasitas produksi batu bara termasuk pengeluaran modal dan biaya pengembangan sarana dan prasarana pertambangan batu bara. Lalu sisanya sebesar 13 persen digunakan untuk pengembangan sumber daya batubara dan modal kerja anak usaha.
Borneo rencananya akan melepas saham pada kuartal IV-2010. PT Mandiri Sekuritas, PT Ciptadana Securities, Deutsche Bank, dan Goldman Sachs selaku penjamin emisi efek tersebut. Masa penawaran Borneo dilangsungkan pada 18-22 November, penjatahan 24 November, pengembalian uang pemesanan 25 November, distribusi saham secara elektronik pada 25 November.
Selanjutnya dilakukan pencatatan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) 26 November 2010. Perseroan yang memiliki produk unggulan hoking coal ini, akan melakukan roadshow di dalam dan luar negeri untuk mencari investor. "Kami akan roadshow di Indonesia terhitung hari ini sampai besok. Selanjutnya, akan dilanjutkan ke Malaysia, Singapura, Hong Kong, London, Frankfurt dan kota-kota di Amerika Serikat (AS)," kata Samin.
Untuk saat ini, porsi investor asing dan lokal masih belum ditentukan. Pasalnya, Borneo harus melihat hasil roadshow dan book building terlebih dahulu pada 9 November 2010. "Kita lihat demand-nya dulu. Sementara saham yang dilepas 20 persen, tapi kalau memungkinkan di-up size menjadi 25 persen," kata Direktur PT CIMB Securities Indonesia, I Wayan Gemuh Kertaharja.
Saat ini, kapasitas produksi hoking coal Borneo mencapai 3,6 juta ton per tahun. Sementara itu, cadangan batubara Borneo sendiri mencapai 69,2 juta ton dari sumber daya yang ada 378 juta ton. Borneo mencoba membangun image sebagai perseroan batubara yang dikenal sebagai penghasil hoking coal yang bermutu tinggi.