Sabtu 09 Oct 2010 06:46 WIB

Setelah NationalNonu, Lippo Incar Bank Lain

Rep: Palupi Annisa Aulian/ Red: taufik rachman

REPUBLIKA.CO.ID,MEDAN– Kembali masuknya grup Lippo ke industri perbankan dipercaya tak akan berhenti di akuisisi bank Nationalnobu. Hal ini terkait dengan kebutuhan ‘kendaraan’ untuk pengembangan bisnisnya. Ketegasan regulator ditantang untuk mengantisipasi terulangnya hal-hal buruk di masa lalu.

‘’Mereka (grup Lippo) butuh bank untuk mengembangkan bisnisnya. Vehicle untuk bisnis. Sistem pembayaran, sehingga semua bisnisnya lancar,’’ ujar pengamat ekonomi, Deni Daruri, saat dihubungi melalui telepon, Jumat (8/10). Hal ini menurut dia tersirat dari pernyataan Presiden Grup Lippo mengenai arah pengembangan bisnis bank Nationalnobu yang akan menjangkau ke kawasan Indonesia Timur.

Wajar saja, kata Deni, jika grup Lippo berupaya mengembalikan kejayaan mereka di industri perbankan. ‘’Pasti mau mengembangkan kejayaan lagi. Wajar saja. Ini tinggal bagaimana aturan main dari BI (Bank Indonesia, red),’’  ujar dia. Aturan tegas dibutuhkan agar peristiwa buruk seperti pada masa krisis keuangan 1997-1998 tak terulang lagi.

Deni melihat tetap ada plus minus dari masuknya kembali grup ini maupun kemungkinan konglomerat lama yang lain. ‘’Apalagi, bagi bank yang kekurangan modal dan aturan regulator yang menekankan penguatan modal, pilihannya hanya asing atau konglomerat,’’ kata dia. Hal ini memperkuat perlunya ketegasan dari regulator, termasuk dalam menentukan arsitektur perbankan dan ekonomi Indonesia.

‘’Yang penting jangan terulang pelanggaran BMPK (batas maksimum pemberian kredit, red) atau //insider trading// saham seperti di 1998, misalnya,’’ tambah Deni. Karena, kata dia, dalam kondisi ekonomi yang lesu seperti sekarang masuknya grup ini ke perbankan akan memberikan lebih banyak hal positif. Termasuk soal konsolidasi perbankan. ‘’Butuh //frame// regulasi tepat, tak hanya untuk (grup) Lippo,’’ tegas dia.

Ekonom Sustainable Development Indonesia (SDI) Dradjad Hari Wibowo juga berpendapat bahwa masalah kembalinya pemain lama ke industri perbankan ini dilematis. ‘’Bagi bank kecil yang tidak sanggup penuhi modal, pilihannya adalah dibeli asing atau konglomerat pemain lama,’’ kata dia.

Sebenarnya, ujar Dradjad, bank BUMN atau BUMN non-bank punya potensi untuk menjadi pilihan ketiga bagi bank kecil yang bermasalah dengan modal. ‘’Tapi baru Bukopin dilirik Jamsostek saja sudah ramai,’’ ujar dia memberikan contoh. Ada beberapa persoalan regulasi juga, kata dia, yang membuat BUMN – bank maupun non-bank – tak leluasa untuk membeli modal.

Sependapat dengan Deni, Dradjad mengatakan pemilik modal membeli bank tentu punya korelasi kuat dengan pengembangan bisnisnya secara keseluruhan. Apalagi, tambah dia, memiliki bank juga punya keuntungan yang lebih besar bagi mereka. ‘’Tak hanya berperan sebagai dalam distribusi ekonomi laiknya Lionel Messi di sepak bola. Tapi juga kekuatan intelijen yang luar biasa,’’ kata dia.

Drajad mengatakan, kekuatan ‘intelijen’ dalam kepemilikan bank ini merupakan daya tarik yang besar. Pengintai ini adalah pasukan yang ada saat proses pengajuan kredit. ‘’Struktur usaha dan pembiayaan suatu usaha dan dari para pelakunya, langsung digenggam,’’ ujar dia. Hal ini juga menjadi salah satu alasan mengapa asing sangat  berminat masuk ke perbankan Indonesia, selain masalah mencari gain keuntungan.

Wakil Direktur Utama Bank Mandiri, Riswinandi, menolak berkomentar soal masuknya  kembali pemain lama seperti grup Lippo ke industri perbankan. Namun dia membantah jika bank BUMN tak leluasa membeli bank. ‘’Tidak ada masalah. Soal perhitungan bisnis saja, apakah memang bisa bersinergi atau tidak,’’ kata dia, di Medan, Jumat (9/10). Dia menyebutkan bank plat merah yang diawakinya pun baru saja membeli bank Harpan Bali, sebagai contoh.

 Sebelumnya, dalam siaran pers-nya, Presiden Direktur Grup Lippo Theo Sambuaga mengatakan mereka ingin mengambil bagian membangun bangsa melalui jasa keuangan. ‘’Lippo akan berperan menjembatani pemodal yang tidak memiliki ide investasi dengan entrepreneur yang punya ide namun kekurangan modal,’’ kata dia.

Theo juga mengisyaratkan langkah mereka tak akan berhenti dengan mendapat izin kepemilikan 60 persen saham Bank Nationalnobu. "Lippo akan mengundang mitra-mitra pemodal lain melalui  network Lippo dan pasar modal demi menunjang pengembangan Nobu dan permodalannya kedepan,’’ ujar dia. Prioritas utama setelah mengakuisisi bank beraset di kisaran Rp 100-an miliar ini adalah mempersiapkan rencana kerja termasuk mengimplementasikan ketentuan internasional seperti persyaratan Basel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement