REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Kelima kandidat ketua umum (ketum) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) dipandang bermain aman dalam mengusung visi dan misi. Anggota Dewan Penasehat Kadin, Hotasi Nababan menyayangkan sikap para kandidat. "Lima-limanya tidak membawa perbedaan," katanya kepada Republika ketika ditemui di sela-sela Musyawarah Nasional (Munas) Kadin 2010, Jumat (24/9).
Dia menyebutkan, seharusnya para kandidat bisa menajamkan visi dan misinya menjadi poin-poin yang kongkrit. Misalnya, soal tenaga kerja, penurunan suku bunga kredit, kepastian pasokan energi, hingga keberpihakan terhadap pengusaha nasional. "Tidak ada yang, misalnya, mau declare atas nama pengusaha meminta kesempatan mengerjakan Rp 200 triliun proyek nasional," tegasnya.
Keberpihakan kepada pengusaha nasional, kata Hotasi, merupakan hal penting untuk mengangkat pengusaha mikro ke level menengah. Sehingga, nantinya mereka bisa tumbuh menjadi perusahaan besar. Kini, hanya segelintir perusahaan Indonesia seperti grup Bakrie, Medco, dan Bukaka yang mampu tumbuh besar dan diperhitungkan secara global.
Menurut dia, sikap main aman ini lantaran semua kandidat bermain terlalu hati-hati dan ingin merangkul semua pihak. Alhasil, program yang ditawarkan menjadi abstrak seperti ingin mandiri, setara atau membangun Indonesia. "Kalau tadi, misalnya, ingin meminta kesempatan mengerjakan proyek nasional tentu akan ada friksi dengan kelompok importir," ucapnya.
Karena itu, Hotasi memperkirakan para pemegang suara akan memilih berdasarkan kriteria-kriteria nonsubstansi seperti visi misi. Dia mengatakan, pemilih akan menjatuhkan suara berdasarkan kedekatan atau relasi. Dia menyangsikan mayoritas pemilih memberikan suara karena program ketimbang pertimbangan sosok.
Walau demikian, dia menyambut baik dinamika persaingan yang sangat sehat dalam munas kali ini. Hal ini terlihat dari banyaknya kandidat yang saling berkompetisi. Sebelumnya, kata dia, kerap terjadi kandidat tunggal dalam pemilihan ketum.