Kamis 09 Sep 2010 01:09 WIB

Matahari Kembangkan Sayap Bisnis Retail

Rep: Agung Budiono/ Red: Budi Raharjo
Ilustrasi
Foto: Antara
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) menunjuk Merrill Lynch Pte sebagai konsultan bisnis perseroan. Hal itu ditujukan untuk melakukan analisis strategis menyeluruh terhadap kegiatan bisnis peresroan terutama untuk mengembangkan bisnis retail bermerk dagang 'Hypermart'.

Presiden Direktur Matahari Putra Prima, Benjamin Mailool menuturkan, setelah melakukan analis dengan mempelopori compact hypermart di Indonesia, perseroan berencana akan terus berfokus kepada bisnis ritel makanan. "Di pasar ritel yang dinilai menarik ini, melalui fase berikutnya, ekspansi Hypermart adalah ke semua daerah di Indonesia," katanya dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Rabu (7/9).

Benjamin menambahkan, perseroan akan streamline semua bisnis non-inti lainnya/bisnis non-hypermarket guna memastikan bahwa semua sumber daya Matahari dioptimalkan sepenuhnya untuk mendorong pertumbuhan bisnis Hypermart. "Indonesia memiliki potensi yang cukup besar dan memiliki pertumbuhan pasar yang paling menarik secara global di antara negara berkembang lainnya," ujarnya.

Dia menjelaskan, Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia dengan segmen kelas menengah yang meningkat, ekonomi yang ditopang oleh basis konsumen yang kuat, daya beli yang terus meningkat, dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi tahunan yang kokoh.

Hingga saat ini, ekonomi berbasis konsumen yang kuat ini telah mendorong pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) negara dan diprediksi terus tumbuh rata-rata 5,6 persen per tahun hingga 2014. Sedangkan PDB per kapita diperkirakan tumbuh sebesar CAGR (Compound Annual Growth Rate) 11,3 persen hingga 2014 dan akan melampaui batas 3.000 dolar AS pada 2012.

Sementara itu, Ketua Harian Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Tutum Rahanta, menuturkan, industri hypermarket tumbuh cukup pesat tahun ini, dengan total belanja ritel modern diprediksi mencapai Rp 100 triliun.

Tutum menyebutkan, sebanyak Rp 65 triliun merupakan belanja makanan dan sisanya non-makanan. "Dari jumlah ini, hypermarket mengambil porsi 35 persen. Pertumbuhan hypermarket ini sejalan dengan pertumbuhan kota," paparnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement