Sabtu 28 Aug 2010 06:45 WIB

Pemerintah Sulit Hindari Impor Gula

Rep: Teguh Firmansyah/ Red: Arif Supriyono

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Masuknya gula impor bakal terus terjadi. Pemerintah telah mengakui kesulitannya untuk menghentikan impor gula.

Ini lantaran, berdasarkan penghitungan terakhir, terjadi pengurangan stok gula kristal putih hasil produksi (kebutuhan rumah tangga) tahun 2010. Sebelumnya stok gula mencapai 2,52 juta ton pada Juli dan turun menjadi 2,28 juta ton pada Agustus.

Menko Perekonomian Hatta Rajasa menjelaskan, penurunan stok gula itu tidak terlepas dari perubahan iklim global yang membuat rendemen gula menjadi turun. "Sepanjang tahun ini kan terus hujan, jadi berpengaruh terhadap produksi kita," ujar Hatta, Jumat (27/8), di Jakarta.

Karena itu, pemerintah tengah mempertimbangkan pelaksanaan impor itu. Namun, soal tambahan pasokan dan berapa jumlahnya akan dihitung oleh Kementerian Pertanian dan Perdagangan. Pemerintah juga meminta Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk melakukan stabilisasi.

Kekhawatiran terhadap stok gula, lanjut Hatta, juga ditambah oleh keputusan Thailand untuk mengimpor bahan pangan itu. Dengan demikian permintaan terhadap stok internasional juga meningkat.

Deputi Koordinasi Bidang Pertanian dan Kelautan Kementerian Perekonomian, Diah Maulida, menambahkan pada awalnya perkiraan stok dari hasil produksi bisa mencapai 2,8 juta ton. Namun, karena hujan yang terjadi terus menerus membuat rendemen menjadi berkurang.

"Sebetulnya panennya sama, tapi setelah digiling itu kan ternyata banyak airnya dibandingkan sari gula, jadi itu yang membuat berkurang," paparnya.

Menurut Diah, kebutuhan gula rumah tangga setahun ini mencapai 2,7 juta ton. Meski dari produksi tidak mencukupi, namun masih ada tambahan dari stok impor sebesar 450 ribu ton. Kemudian ditambah dengan sisa persediaan gula awal tahun sebesar Rp 352 ton. Ini masih cukup sampai dengan akhir tahun karena impor tahun lalu baru masuk sekarang.

Adapun jumlah surplus akhir tahun, dengan perhitungan 2,52 juta ton (Juli), maka sampai dengan akhir tahun ada 900 ribu ton. "Kalau sekarang dari perhitungan berkurang menjadi 2,28 maka surplusnya juga turut berkurang," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement