Jumat 20 Aug 2010 03:42 WIB

Fluktuasi Harga Akibat Rantai Tata Niaga

Rep: EH Ismail/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sejumlah komoditas pangan mengalami pergerakan harga yang liar akhir-akhir ini. Sewaktu-waktu harga pangan seperti beras, cabai merah, daging sapi, daging ayam, telur ayam, dan sayur-mayur bergerak naik tanpa alasan yang jelas. Namun dalam waktu yang juga relatif cepat, harga bisa kembali turun mendekati harga normal.

Menteri Pertanian, Suswono, mengatakan, pergerakan harga pangan di pasar dalam negeri merupakan fenomena di luar hukum ekonomi. Biasanya, kata Mentan, harga sebuah komoditas akan naik bilamana pasokan atau suplai barang ke pasar lebih kecil dari permintaan. Sebaliknya, harga akan turun bilamana pasokan atau suplai lebih besar dibandingkan permintaan.

“Tapi gejala yang terjadi sekarang ini bukan karena faktor supply and demand. Pasokan secara umum aman dan berlimpah, permintaan juga bisa terpenuhi semua,” ujar Suswono usai Rapat Koordinasi mengenai stok dan harga pangan di kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Kamis (19/8).

Menurut Suswono, pergerakan harga pangan cenderung diakibatkan rantai tata niaga yang terlalu panjang. Dia mencontohkan harga daging sapi dan cabai merah. Di tingkat peternak dan petani, harga jual daging sapi potong dan cabai merah tidak mengalami kenaikan sama sekali, baik menjelang rencana kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) ataupun memasuki bulan Ramadhan.

“Tapi nyatanya harga naik. Ini karena ada faktor ekspektasi para pedagang di rantai tata niaga pangan kita yang berharap bisa ambil untung besar dari momentum kenaikan TDL dan puasa,” papar Suswono.

Ke depan, Suswono menegaskan, pemerintah akan mengupayakan pertumbuhan sentra-sentra pengumpul pangan untuk memperpendek rantai tata niaga. Misalnya saja sapi, pemerintah mendorong peternak untuk membuat kelompok ternak-kelompok ternak yang punya akses langsung ke Rumah Pemotongan Hewan (RPH) terdekat. “Dengan begitu tidak ada penambahan harga akibat rantai niaga dari peternak ke RPH.”

Mentan berharap, penyederhanaan rantai tata niaga pangan akan membuat peternak/petani, pedagang, dan konsumen mendapatkan keuntungan yang proporsional. “Jadi semuanya untung, tidak cuma pedagang saja,” kata Mentan.

Koordinator Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo), Dayan Antoni, menegaskan, stok daging sapi yang ada di anggota Apfindo saat ini mencapai 139.600 ekor.

Sebanyak 33 persen atau 40 ribu sampai 45 ribu ekor sapi siap dipotong untuk memenuhi kebutuhan sampai H-2 Idul Fitri. Sepertiga stok lainnya siap dipotong untuk kebutuhan H+5 Idul Fitri sampai pertengahan Oktober. Kemudian sepertiga lainnya siap dipotong untuk kebutuhan mulai pertengahan Oktober sampai pertengahan Desember.“Jadi sebetulnya tidak ada masalah dengan pasokan. Suplai daging sapi aman sampai akhir tahun,” tandas Dayan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement