REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menekankan prinsip dasar pengelolaan APBN yang sehat tetap harus dipegang teguh. Dalam jangka menengah, APBN harus kurang lebih seimbang "Pengalaman negara-negara Eropa akhir-akhir ini mengingatkan kita semua untuk tidak melupakan prinsip dasar ini," ujarnya saat penyampaian keterangan pemerintah atas Rancangan Undang-Undang Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun anggaran 2011 beserta nota keuangannya didepan Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat, Senin (16/8).
Dengan memperhatikan rambu-rambu tersebut sebagai instrumen utama kebijakan fiskal, maka RAPBN 2011 diarahkan untuk mencapai 10 (sepuluh) sasaran strategis. Hal itu guna mendorong pembangunan yang inklusif dan berkeadilan selama jangka waktu 5 tahun ke depan.
Kesepuluh sasaran strategis itu adalah; (1) ekonomi nasional tumbuh makin tinggi; (2) pengangguran makin menurun dengan menciptakan lapangan kerja yang lebih baik; (3) kemiskinan makin menurun; (4) pendapatan perkapita makin meningkat; (5) stabilitas ekonomi makin terjaga; (6) pembiayaan dalam negeri makin kuat dan meningkat; (7) ketahanan pangan dan air makin meningkat; (8) ketahanan energi makin meningkat; (9) daya saing ekonomi nasional makin menguat dan meningkat; dan (10) upaya pembangunan yang ramah lingkungan dengan pendekatan "ramah lingkungan" makin diperkuat.
Menurut Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono ada tiga indikator penting dalam menjaga APBN yang sehat. Tiga indikator tersebut yakni tingkat defisit yang terkendali, rasio utang terhadap PDB yang makin menurun, dan keseimbangan primer yang positif
"APBN yang kita susun harus juga dapat mengoptimalkan peran kebijakan fiskal, supaya benar-benar secara efektif mendorong pertumbuhan ekonomi dan sekaligus memantapkan pemerataan," tambahnya.