REPUBLIKA.CO.ID,TANGERANG--Kementerian Pertanian (Kementan) masih belum memberikan sinyal hijau kepada para produsen pupuk untuk melakukan ekspor. Kementan ingin ada jaminan ketersediaan pupuk yang cukup untuk kebutuhan petani di dalam negeri sampai masa tanam bulan September mendatang.
''Kita tidak bilang melarang ekspor, tapi tahan dulu untuk pemenuhan kebutuhan di dalam negeri,'' ujar Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Sumarjo Gatot Irianto, pada acara panen raya padi hibrida di Tangerang, Banten, Senin (2/8).
Dia melanjutkan, musim kemarau yang banyak hujan tahun ini membuat sejumlah wilayah menambah luas tanam padinya. Terutama wilayah-wilayah sentra padi nasional dengan persawahan nonirigasi. Contohnya saja Indaramayu, Cirebon, Garut, Tasikmalaya, Mojokerto, Klaten, Banyuwangi, dan Jember yang justru diuntungkan dengan tingginya curah hujan saat ini.
''Mereka yang biasanya mengeluh kekeringan, sekarang malah tanam padi karena hujan sangat tinggi. Dengan berbagai varietas padi untuk sawah tadah hujan, maka luas tanam sawah tahun ini diperkirakan meningkat,'' jelas Gatot.
Kementan, lanjut Gatot, memang belum menghitung secara pasti berapa kenaikan luas tanam padi yang membutuhkan suplai pupuk subsidi. Pupuk subsidi juga dibutuhkan petani yang menambah masa panen mereka menjadi empat kali dalam setahun. Dengan varietas padi hibrida yang unggul, petani kini bisa melakukan tanam padi sampai tiga atau empat kali dalam setahun. Padahal, rata-rata petani tahun lalu hanya bisa melakukan panen padi dua sampai tiga kali setahun.