Selasa 27 Jul 2010 02:59 WIB

Jelang Puasa dan Lebaran, Pemerintah Diminta Waspadai Daging Impor

Daging impor (Ilustrasi)
Foto: CORBIS
Daging impor (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Dewan Perwakilan Rakyat meminta kepada pemerintah untuk mewaspadai adanya daging-daging ilegal yang masuk ke Indonesia menjelang puasa dan Lebaran. Pasalnya kini disinyalir ada impor daging yang menggunakan sertifikat halal palsu.

"Menjelang puasa dan hari raya, pemerintah harus mulai waspda dan ekstra hati-hati terhadap kemungkinan impor daging-daging ilegal dan melanggar aturan," ujar Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Firman Subagyo, di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Senin (26/7). Ia memperingatkan, bila pemerintah tidak mewaspadai adanya daging sapi yang diimpor dengan menggunakan sertifikat halal palsu sama saja mengkhianati umat Islam yang akan melaksanakan puasa dan Idul Fitri.

"Ini akan sangat berbahaya karena daging tersebut kebanyakan akan dikonsumsi oleh umat Islam. Jangan sampai saat puasa dan hari raya masyarakat mengkonsumsi daging-daging yang haram," kata Firman. Ia menambahkan, pemerintah juga diminta untuk tidak mengambil jalan pintas dengan melakukan impor daging sapi, apalagi bila tidak memenuhi kriteria yang telah ditentukan.

Salah satu kriteria yang sering dilanggar yaitu impor sapi hidup yang melebihi ketentuan. Bobot-bobot sapi itu ditentukan harus sekian kuintal, tapi setelah ditimbang, lebih dari yang ditetapkan."Bagaimana dengan nasib peternak lokal," ujarnya.

Kecenderungannya pemerintah saat ini, kata dia selalu mengambil jalan pintas dan instan. "Semuanya diambil dengan jalan impor. Ini tidak populer dan ekonomi nasional akan terpuruk karena uang kita bisa dikuras habis untuk impor dan kemudian peternak lokal pelan-pelan mati. Pemerintah harus memahami hal ini," katanya.

Ia mengatakan DPR siap melakukan teguran bila pemerintah tidak menghiraukan peringatan dan tetap mengimpor daging sapi. "Juga untuk jeroan, kalau untuk jeroan, kita minta dihentikan sebab jeroan dari negeri asal adalah jeroan yang sudah dibuang atau limbah," tegas Firman.

sumber : Ant
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement