REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Kebijakan pemerintah membatasi persediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi untuk mobil pribadi dengan tahun produksi di atas 2005 tidak serta merta menjadikan pengendara mobil beralih ke BBM nonsubsidi. Banyak pengendara mobil tahun 2005 ke atas masih memilih BBM subsidi untuk bahan bakar mobil mereka. ‘
’Habisnya murah,’’tutur Mahasiswa S2 Universitas Islam Jakarta, Habib, pengguna mobil Suzuki Swift GT keluaran 2008, Jumat (16/7).
Sama halnnya dengan Vita, Mahasiswa Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) ini juga menggunakan BBM subsidi untuk mobil Honda Jazz keluaran 2010. ‘’Murah. Kalau pake pertamax, bawaannya pengen ngebut mulu. Nggak tau kenapa, nggak nyaman aja,’’ ungkapnya. Sedangkan Mega, mahasiswi UAI ini juga menggunakan BBM subsidi untuk mobil Avanza keluaran 2007 itu. Lagi-lagi juga karena alasan murah.
Berbeda dengan Aswinarya, Bapak tiga anak ini lebih memilih BBM nonsubsidi untuk mobil Avanza silvernya itu. ‘’Masih banyak yang butuh BBM subsidi. Jadi, saya merasa nggak pantes pakai BBM subsidi,’’ tuturnya.
Kenyataan di atas menggambarkan para pengguna mobil masih beralasan menggunakan BBM bersubsidi karena murah. Padahal, BBM nonsubsidi seperti Pertamax dan Pertamax Plus untuk mesin bensin atau Pertamina Dex untuk mesin solar banyak memiliki keuntungan karena kualitasnya. Kandungan oktan yang lebih tinggi pada pertamax mampu membuat mesin lebih bertenaga.
Selain itu, BBM nonsubsidi mengandung zat pembersih sehingga membuat saluran bahan bakar kendaraan menjadi bersih, mulai dari tempat penampungan hingga ke ruang bakar sehingga pembakaran menjadi sempurna.