REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM--Subsidi pemerintah untuk Manajemen PT Perusahaan Listrik Negara Wilayah Nusa Tenggara Barat tetap tinggi atau relatif sama dengan tahun sebelumnya yakni Rp1,45 triliun per tahun meskipun Tarif Dasar Listrik (TDL) dinaikkan mulai 1 Juli 2010.
Manager Bidang Niaga dan Pelayanan Pelanggan PT PLN Wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) Anggoro Tjiptoharto, yang didampingi Manager SDM dan Komunikasi Hukum Administrasi PT PLN Wilayah NTB Ahmad Zudjadj, membenarkan hal itu ketika dikonfirmasi di Mataram, Jumat.
"Nilai subsidinya relatif sama dengan tahun sebelumnya karena kenaikan TDL diperkirakan hanya menghasilkan tambahan pendapatan sebesar Rp5,8 miliar per tahun," ujar Anggoro.
Ia mengatakan, biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan tugas negara yakni pelayanan listrik di wilayah NTB setiap tahun mencapai Rp1,5 triliun lebih, sementara pendapatan hanya sebesar Rp470 miliar per tahun.
Dengan demikian, terdapat selisih sekitar Rp1,45 triliun lebih yang harus ditanggulangi pemerintah melalui dana subsidi yang antara lain untuk biaya solar dan pelumas serta operasional dan pemeliharaan jaringan listrik PLN di wilayah NTB.
"Setelah ada kenaikan TDL terhitung mulai 1 Juli 2010, diperkirakan ada penambahan pendapatan namun relatif minim, hanya sekitar Rp5,8 miliar per tahun saja," ujarnya.
Menurut Anggoro, kenaikan TDL itu hanya berlaku bagi kalangan bisnis dan industri serta sektor pemerintah, sehingga di wilayah NTB yang terkenda dampak kenaikan TDL hanya 17 persen atau sekitar 62.519 orang pelanggan.
Sementara yang tidak terkena dampak kenaikan TDL mencapai 83 persen atau sebanyak 311.394 orang pelanggan.
Pelanggan listrik PLN di wilayah NTB didominasi oleh kalangan rumah tangga yakni sebesar 63 persen, kalangan bisnis sebesar 18 persen, industri hanya dua persen dan sisanya 17 persen merupakan kalangan pemerintah.
"Itu sebabnya dengan diberlakukannya kenaikan TDL, pendapatan PLN NTB diperkirakan hanya bertambah sebesar Rp5,8 miliar saja," ujarnya.
PLN Wilayah NTB membawahi tiga cabang dan satu sektor yakni Cabang Mataram, Sumbawa dan Bima serta Sektor Lombok, dengan jumlah pelanggan saat ini sebanyak 345.372 rumah tangga dan perusahaan. Sebagian besar atau sekitar 95 persen pelanggan listrik di wilayah NTB untuk kebutuhan konsumtif kategori R1 dan R1, hanya lima persen pelanggan industri atau kategori R3.
Beban puncak Sektor Lombok yang mencapai 110,2 MW lebih sudah dapat diimbangi dengan daya mampu yang relatif sama sehingga devisit pasokan listrik tertangani dan pemadaman bergilir diakhiri.