REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK--Sejumlah investor, termasuk penanam modal asal Cina, melirik daerah perbatasan Kalimantan Barat dan Sarawak untuk mengembangkan usahanya. "Mereka butuh lahan sekitar 20 ribu hektare," kata Gubernur Kalbar Cornelis di Pontianak, Jumat (25/6).
Menurut dia, salah satu pertimbangan negeri tirai bambu membidik kawasan itu karena upah pekerja di Cina yang terus meningkat. Selain itu Kalbar termasuk daerah yang aman dari bencana seperti gempa bumi.
Letak Kalbar juga strategis karena masuk dalam Alur Laut Kepulauan Indonesia I dan berbatasan dengan Sarawak. Namun, lanjut dia, untuk menarik investor perlu kesiapan daerah, seperti perizinan yang mudah dan murah serta infrastruktur yang memadai.
Cornelis mengakui bahwa Kalbar masih mengalami kendala karena keterbatasan infrastruktur listrik, jalan, maupun pelabuhan. Bahkan, provinsi ini masih sangat tergantung dengan daerah lain meski sebagai daerah penghasil minyak sawit mentah.
Karena provinsi ini tidak mempunyai pelabuhan khusus, akhirnya Kalbar sangat tergantung Malaysia. "Bisa dimain-mainkan harga sawit Kalbar," kata Cornelis. Ia berharap dukungan dari seluruh pihak supaya potensi alam Kalbar dapat memakmurkan 4,3 juta jiwa penduduknya.
"Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Kalbar sebesar Rp1,4 triliun harus dinikmati masyarakat," kata dia.