Kamis 09 Feb 2023 16:09 WIB

IHSG Diproyeksi Tembus 7.000 pada Februari

Hingga saat ini, IHSG masih bergerak dikisaran 6.800-6.900.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (18/11/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi bisa menembus level psikologis 7.000 pada Februari ini ditopang melambatnya kenaikan suku bunga tahun ini.
Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (18/11/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi bisa menembus level psikologis 7.000 pada Februari ini ditopang melambatnya kenaikan suku bunga tahun ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi bisa menembus level psikologis 7.000 pada Februari ini ditopang melambatnya kenaikan suku bunga tahun ini. Hingga saat ini, IHSG masih bergerak dikisaran 6.800-6.900.

Senior Investment Information Mirae Asset, Nafan Aji Gusta, menilai inflasi global dan nasional dapat terjaga sehingga baik The Fed di AS maupun Bank Indonesia menunjukkan sinyal penaikan suku bunga akan lebih ditahan. 

Baca Juga

Dengan iklim yang lebih kondusif itu, IHSG yang mulai stabil menguat sejak awal tahun diprediksi akan melanjutkan penguatan. "Secara teknikal, indikator stochastic dan RSI yang masih positif membuat prediksi IHSG akan konsolidasi bullish dengan rentang pergerakan 6.816-7.000 untuk Februari," kata Nafan, Kamis (9/2/2023). 

Dari enam sektor yang masih berada di bawah indeks, menurut Nafan, sektor yang memiliki potensi terbesar untuk melampaui IHSG yaitu keuangan. Selain itu, sektor yang berhubungan dengan konsumsi bisa relatif resilien akan otomatis terangkat dengan daya konsumsi yang menguat.

 

Senior Research Analyst Mirae Asset, Robertus Hardy, mengatakan kondisi ekonomi tahun ini masih akan positif bagi sektor otomotif dan telekomunikasi dibanding sektor lain. Belanja komunikasi dan data masyarakat akan bertumbuh pada tahun pemilu dan masa persiapannya seperti sekarang.

Sementara untuk sektor otomotif, tahun politik biasanya akan memicu peningkatan mobilisasi masyarakat. Hal tersebut masih ditambah potensi adanya insentif rencana pemberian subsidi dari pemerintah bagi motor dan mobil listrik.

"Ini yang membuat kami optimistis sektor tersebut dapat menjadi pilihan di tengah tahun politik dan ancaman inflasi," kata Robertus.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement