Selasa 09 Dec 2025 15:05 WIB

Beras 10.000 Ton Disalurkan ke Aceh untuk Stabilisasi Sembako Pascabanjir

Cadangan beras nasional mencapai rekor tertinggi satu dekade terakhir.

Rep: Frederikus Dominggus Bata/ Red: Gita Amanda
Warga membawa bantuan melintasi jembatan darurat di Desa Garoga, Tapanuli Selatan, Sabtu (6/12/2025). Desa Garoga, Kecamatan Batang Toru, menjadi salah satu daerah paling parah terdampak bencana banjir dan longsor yang melanda Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Desa itu luluh lantak dan hanya menyisakan hamparan tanah lumpur setelah diterjang banjir bandang dan longsor.
Foto: Edwin Putranto/Republika
Warga membawa bantuan melintasi jembatan darurat di Desa Garoga, Tapanuli Selatan, Sabtu (6/12/2025). Desa Garoga, Kecamatan Batang Toru, menjadi salah satu daerah paling parah terdampak bencana banjir dan longsor yang melanda Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Desa itu luluh lantak dan hanya menyisakan hamparan tanah lumpur setelah diterjang banjir bandang dan longsor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyetujui permohonan tambahan beras sebanyak 10.000 ton dari Gubernur Aceh Muzakir Manaf (Mualem) untuk membantu masyarakat terdampak banjir dan longsor. Penyaluran ini menjadi bagian dari respons cepat pemerintah pusat terhadap kondisi darurat di Aceh.

Permohonan muncul di tengah upaya Pemprov Aceh menanggulangi dampak bencana yang menelan korban jiwa dan merusak infrastruktur pertanian. Pemerintah pusat memastikan stok beras nasional tetap aman untuk kebutuhan seluruh Indonesia.

Baca Juga

“Alhamdulillah, atas nama Pemerintah Pusat, kami menyetujui permohonan 10.000 ton beras dari Pak Gubernur Mualem untuk Aceh. Ini alokasi khusus untuk mendukung pemulihan pascabencana, di mana stok beras nasional sangat cukup, bahkan kami siapkan tiga kali lipat lebih tinggi dari permintaan Mualem,” kata Amran, dikutip Senin (9/12/2025).

Gubernur Mualem menekankan apresiasi atas perhatian pemerintah pusat, khususnya Presiden Prabowo Subianto dan Mentan Amran. Saat mengantar kepulangan presiden dari Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda pada 8 Desember 2025, ia menyatakan bantuan ini memberi semangat bagi masyarakat dan pemerintah daerah.

Permintaan Aceh juga mencakup stabilisasi harga sembako, termasuk beras, air bersih, dan elpiji. Sebelumnya, Gubernur Mualem menyampaikannya dalam Rapat Terbatas dengan presiden di Posko TNI AU Sultan Iskandar Muda pada 7 Desember 2025. Kunjungan presiden dua hari berturut-turut menjadi momentum koordinasi pusat–daerah untuk mempercepat alokasi bantuan.

Amran menegaskan stok beras nasional yang dikuasai Perum Bulog per 8 Desember 2025 tercatat 3,68 juta ton. Jumlah ini merupakan rekor tertinggi satu dekade terakhir, jauh di atas rata-rata akhir tahun 1,2–1,5 juta ton. Cadangan tiga kali lipat dari kebutuhan bulanan nasional membuat penyaluran 10.000 ton ke Aceh sangat aman.

“Dengan stok 3,68 juta ton, Aceh akan tercukupi, dan seluruh Indonesia tetap aman hingga panen raya Maret–April 2026,” tegas tokoh yang juga menjabat sebagai Kepala Bapanas itu.

Penyaluran beras 10.000 ton akan segera dilakukan Perum Bulog Divre Aceh melalui mekanisme bantuan pangan dan stabilisasi pasokan harga (SPHP). Bantuan ini melengkapi alokasi awal 10.614 ton untuk Aceh sebagai bagian dari program darurat nasional tiga provinsi Sumatera (Aceh, Sumut, Sumbar) senilai total 34 ribu ton beras.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement