REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan pihaknya mengupayakan agar industri otomotif nasional tetap mendapatkan insentif pada tahun depan. Ini mengingat sektor tersebut memiliki dampak berkelanjutan (multiplier effect) yang besar.
“Sektor ini merupakan sektor yang sangat penting, terlalu penting untuk kita abaikan. Forward dan backward linkage-nya luar biasa besar, penyerapan tenaga kerjanya juga luar biasa besar, nilai tambah untuk ekonominya juga luar biasa besar. Oleh sebab itu, kami akan tetap mengusulkan insentif atau stimulus kepada pemerintah untuk sektor otomotif,” kata Agus di Jakarta, Selasa.
Ia menuturkan, sektor tersebut membutuhkan stimulus mengingat saat ini tengah mengalami kontraksi atau penurunan.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil selama Januari–Oktober 2025 secara wholesales (distribusi dari pabrik ke diler) tercatat sebanyak 634.844 unit, turun 10,6 persen dibandingkan tahun lalu yang mencapai 711.064 unit.
Sementara penjualan retail sales (dari diler ke konsumen) tercatat 660.659 unit pada periode yang sama. Angka itu turun 9,6 persen dari tahun lalu yang mencapai 731.113 unit.
Menurut Menperin, insentif yang sedang disiapkan mencakup sisi permintaan (demand) maupun sisi persediaan (supply).
“Oleh sebab itu, ini merupakan tanggung jawab kami. Akan salah jika kami tidak memperjuangkannya,” ujarnya.
Sebelumnya, Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif menyampaikan bahwa penjualan kendaraan listrik (EV) saat ini memang meningkat signifikan.
Penjualan EV melonjak tajam pada periode Oktober–Januari 2025 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun, kenaikan tersebut sebagian besar berasal dari kendaraan EV impor (completely built up/CBU).
Dari total penjualan kendaraan EV pada 2025 sebesar 69.146 unit, sekitar 73 persen merupakan kendaraan EV impor, sehingga nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja industrinya berada di negara lain.
Sementara itu, segmen kendaraan yang diproduksi di dalam negeri dan memiliki porsi terbesar dalam pasar otomotif nasional terus mengalami penurunan penjualan signifikan.
Menurut Febri, keliru jika menyatakan industri otomotif sedang dalam kondisi kuat hanya dengan mengandalkan indikator pertumbuhan pada segmen tertentu.
Adapun saat ini insentif diberikan untuk mobil listrik battery electric vehicle (BEV), yakni berupa pembebasan bea masuk dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) nol persen dalam rangka uji pasar. Namun, sebagian besar insentif itu dinikmati oleh kendaraan listrik impor.