Jumat 14 Nov 2025 11:51 WIB

IHSG Menguat Setelah Government Shutdown AS Berakhir, Sentimen Global Membaik

Kepastian berakhirnya shutdown AS memberi sentimen positif ke pasar regional.

Karyawan mengamati layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (1/9/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) tercatat pada senin pagi dibuka melemah 210,39 poin atau 2,69 persen ke posisi 7.620,10. Sedangkan pada penutupan IHSG masih berada zona merah ke posisi 7.736,06 atau ditutup merosot 1,21 persen dari level 7.830,49.
Foto: Republika/Prayogi
Karyawan mengamati layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (1/9/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) tercatat pada senin pagi dibuka melemah 210,39 poin atau 2,69 persen ke posisi 7.620,10. Sedangkan pada penutupan IHSG masih berada zona merah ke posisi 7.736,06 atau ditutup merosot 1,21 persen dari level 7.830,49.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) bergerak menguat seiring adanya dorongan awal dari meredanya ketidakpastian global setelah pemerintah Amerika Serikat (AS) mengakhiri masa government shutdown. Diketahui, IHSG dibuka menguat tipis pada awal perdagangan Jumat (14/11/2025), naik 6,13 poin atau 0,07 persen ke level 8.378,13.

Kepala Riset Phintraco Sekuritas Ratna Lim dalam kajiannya di Jakarta, Jumat, mengemukakan bahwa berakhirnya government shutdown AS memberi angin positif bagi pasar regional, termasuk Indonesia.

Baca Juga

Menurutnya, kepastian pendanaan pemerintah AS meredakan kekhawatiran investor terkait potensi perlambatan aktivitas ekonomi di negara tersebut.

"Mayoritas indeks bursa Asia ditutup menguat didorong oleh berita berakhirnya government shutdown di AS. Presiden Trump telah menandatangani RUU pendanaan menjadi UU untuk mengakhiri government shutdown AS yang terlama sepanjang sejarah AS. Sebelumnya RUU ini telah mendapatkan persetujuan dari DPR AS dengan suara sebanyak 222-209, sebelum shutdown memasuki hari ke 43," ujar Ratna.

Meski demikian, Ratna menilai ruang penguatan IHSG masih tetap terbatas. Sebab, pelaku pasar masih bersikap hati-hati menjelang Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pekan depan, terutama di tengah tekanan terhadap nilai tukar rupiah.

"Jika rupiah berlanjut mengalami depresiasi, diperkirakan BI berpotensi masih akan mempertahankan BI Rate tetap di level 4.75 persen di bulan ini," katanya.

Dari kawasan Asia, investor menantikan rilis data ekonomi China. Produksi industri Oktober diperkirakan tumbuh 5,8 persen secara tahunan, melambat dari 6,5 persen pada September 2025. Penjualan ritel juga diprediksi turun menjadi 2,2 persen dari sebelumnya 3 persen.

Ratna menilai, perlambatan ekonomi China berpotensi membatasi minat risiko, bersamaan dengan koreksi indeks global dan kecilnya peluang penurunan suku bunga The Fed.

Adapun IHSG pada Kamis kemarin (14/11) ditutup melemah 16,57 poin atau 0,20 persen ke posisi 8.372,00.

Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, enam sektor menguat yaitu dipimpin sektor energi yang naik sebesar 1,72 persen, diikuti oleh sektor properti dan sektor infrastruktur yang naik sebesar 1,44 persen dan 1,13 persen.

Sedangkan, lima sektor melemah yaitu sektor industri turun paling dalam sebesar 1,33 persen, diikuti oleh sektor teknologi dan sektor barang konsumen primer yang turun sebesar 1,21 persen dan 0,62 persen.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement