Rabu 12 Nov 2025 14:05 WIB

KAI Jajaki Penggunaan Lokomotif Baterai, Dorong Transportasi Ramah Lingkungan

Langkah ini menjadi bagian modernisasi armada dan upaya menekan emisi karbon nasional

Petugas melakukan pengecekan pada bagian lokomotif kereta di Depo Lokomotif Cipinang, Jakarta, Jumat (21/3/2025). Menjelang musim mudik libur lebaran 2025, PT KAI mempersiapkan sarana kereta dengan mengecek kesiapan dan kelayakan lokomotif kereta yang dilakukan secara rutin guna memastikan keamanan dan kenyamanan bagi penumpang mudik. Sementara, KA Daop 1 Jakarta menyediakan jumlah kursi pada musim angkutan lebaran 2025/1446 hijriah sebanyak 1.032.979 kursi dengan jumlah perjalanan Kereta Api Jarak Jauh (KAJJ) mencapai 1.858 perjalan. Saat ini, jumlah kursi yang terjual mencapai 618.122 orang dengan tingkat okupansi mencapai 60 persen dan diprediksi jumlahnya akan terus bertambah.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Petugas melakukan pengecekan pada bagian lokomotif kereta di Depo Lokomotif Cipinang, Jakarta, Jumat (21/3/2025). Menjelang musim mudik libur lebaran 2025, PT KAI mempersiapkan sarana kereta dengan mengecek kesiapan dan kelayakan lokomotif kereta yang dilakukan secara rutin guna memastikan keamanan dan kenyamanan bagi penumpang mudik. Sementara, KA Daop 1 Jakarta menyediakan jumlah kursi pada musim angkutan lebaran 2025/1446 hijriah sebanyak 1.032.979 kursi dengan jumlah perjalanan Kereta Api Jarak Jauh (KAJJ) mencapai 1.858 perjalan. Saat ini, jumlah kursi yang terjual mencapai 618.122 orang dengan tingkat okupansi mencapai 60 persen dan diprediksi jumlahnya akan terus bertambah.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Direktur PT Kereta Api Indonesia (KAI) Bobby Rasyidin menyatakan perusahaannya tengah menjajaki penggunaan lokomotif bertenaga baterai sebagai bagian dari modernisasi armada dan upaya menekan emisi karbon di sektor transportasi.

“Kami berdiskusi dengan salah satu industri di China mengenai bagaimana mereka dapat membantu kami melakukan peremajaan armada. Sebagian besar lokomotif kami masih menggunakan mesin diesel, dan kami ingin beralih ke sistem elektrifikasi atau kereta berbasis baterai,” ujar Bobby di Beijing, Rabu (12/11/2025).

Baca Juga

Bobby mendampingi Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi, Direktur Jenderal Perkeretaapian Allan Tandiono, serta sejumlah pejabat terkait dalam kunjungan kerja ke Beijing, Qingdao, dan beberapa kota di China. Kunjungan itu bertujuan memperkuat kerja sama dengan Kementerian Transportasi serta pelaku industri perkeretaapian di negara tersebut.

“Kalau mobil listrik disebut EV (electric vehicle), maka kereta listrik ini disebut e-train. Teknologi ini bisa meningkatkan efisiensi layanan, menurunkan biaya operasional, mengurangi emisi, sekaligus memperkuat program hijau KAI,” kata Bobby.

Ia menjelaskan, kereta bertenaga baterai dapat diterapkan untuk layanan antarkota maupun perkotaan seperti KRL Jabodetabek.

“Dulu kereta listrik harus terhubung ke jaringan listrik di atas rel, tetapi kini dengan teknologi baterai, kereta bisa beroperasi secara mandiri. Di China, e-lokomotif seperti ini sudah banyak digunakan,” jelasnya.

Bobby menambahkan, penggunaan lokomotif baterai akan menjadi lompatan besar dalam transformasi teknologi KAI.

“Kami ke sini untuk mempelajari teknologi, skema pengoperasian, hingga integrasi antarmoda transportasi,” ujarnya.

Meski demikian, Bobby menegaskan belum ada kesepakatan pembelian rangkaian baru dari China.

“Pengadaan memang bagian dari modernisasi, tetapi belum dibahas secara spesifik. Fokus kami masih pada konversi lokomotif diesel menjadi tenaga listrik,” katanya.

KAI saat ini memiliki ratusan lokomotif diesel berbagai tipe, termasuk CC202 dan CC205 untuk angkutan batu bara di Sumatera, serta CC206 untuk angkutan barang dan penumpang di Jawa. Selain itu, KAI juga memesan 11 rangkaian KRL dari China. Delapan di antaranya telah beroperasi, sementara tiga lainnya masih menjalani uji kelaikan teknis sebelum dioperasikan penuh.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement