REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP — Pertamina menargetkan ekspor bahan bakar pesawat ramah lingkungan atau Sustainable Aviation Fuel (SAF) yang diproduksi dari minyak jelantah di Kilang RU IV Cilacap. Terobosan ini diharapkan membuka peluang baru bagi Indonesia di pasar energi global.
Komisaris Utama Pertamina Mohammad Iriawan mengatakan, produksi SAF dari jelantah merupakan kebanggaan nasional karena berhasil dilakukan secara mandiri di dalam negeri. Uji coba penerbangan dengan bahan bakar tersebut telah dilaksanakan menuju Jakarta pada 20 Agustus dan berjalan lancar.
“Kami mendorong agar program ini tidak hanya memenuhi kebutuhan domestik, tetapi juga bisa diekspor,” kata Iriawan di Cilacap, Rabu (27/8/2025).
Ia menilai, penggunaan minyak jelantah sebagai bahan baku bukan hanya memangkas emisi, tetapi juga menciptakan nilai ekonomi baru dari limbah rumah tangga.
Bahan baku dikumpulkan melalui jaringan Patra Niaga, kemudian diolah di kilang, dan hasilnya siap didistribusikan untuk kebutuhan industri maupun penerbangan.
Terkait komitmen menuju net zero emission, Iriawan menyebut Pertamina tengah menyiapkan peta jalan yang jelas, melibatkan kerja sama antara holding dan subholding.
“Setelah roadmap selesai, kami akan sampaikan secara rinci. Yang pasti, kualitas produk tetap terjaga,” ujarnya.
Sejumlah maskapai, termasuk Garuda Indonesia, telah mencoba penggunaan SAF ini dalam penerbangan menuju Denpasar. Iriawan optimistis harga yang kompetitif akan membuat SAF Pertamina menarik minat pasar internasional.
“Pertamina menjadi yang pertama di ASEAN memproduksi SAF dari minyak jelantah, dan ini akan jadi peluang ekspor energi bersih Indonesia,” katanya.