REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan surplus neraca perdagangan sepanjang Januari—Mei 2025 sebesar 15,38 miliar dolar AS. Angka tersebut mengalami peningkatan 2,32 miliar dolar AS dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
Angka tersebut merupakan selisih antara nilai ekspor dan impor pada Januari—Mei 2025. Tercatat, nilai ekspor pada lima bulan pertama tahun ini sebesar 111,98 miliar dolar AS, naik 6,98 persen dibandingkan periode yang sama pada 2024.
Sedangkan nilai impor pada Januari—Mei 2025 mencapai 96,60 miliar dolar AS. Angka tersebut mengalami meningkat 5,45 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
“Hingga Mei 2025, neraca perdagangan surplus 15,38 miliar dolar AS, dan surplus sepanjang Januari—Mei 2025 ditopang surplus komoditas nonmigas sebesar 23,10 miliar dolar AS, sedangkan komoditas migas tercatat defisit sebesar 7,72 miliar dolar AS,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers Berita Resmi Statistik (BRS) di Kantor BPS, Jakarta, Selasa (1/7/2025).
Komoditas nonmigas yang menyumbang surplus terbesar yakni lemak dan minyak nabati (HS15), bahan bakar mineral (HS27), serta besi dan baja (HS72).
“Neraca perdagangan kumulatif menurut negara mitra dagang, tiga negara penyumbang surplus terbesar adalah Amerika Serikat, India, dan Filipina,” ujarnya.
Angka surplus neraca perdagangan Indonesia dengan AS yakni sebesar 7,08 miliar dolar AS. Adapun dengan India yakni sebesar 5,3 miliar dolar AS, dan dengan Filipina sebesar 3,69 miliar dolar AS.
“Sedangkan negara penyumbang defisit terbesar yakni China dengan -8,15 miliar dolar AS, Singapura -2,79 miliar dolar AS, dan Australia -2,11 miliar dolar AS,” terangnya.