REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sebuah kelompok advokasi akar rumput, The People’s Union USA, menyerukan boikot terhadap McDonald’s selama sepekan. Mereka menuduh jaringan restoran cepat saji global itu melakukan praktik curang dalam penetapan harga, ketidakadilan ketenagakerjaan, dan penghindaran pajak.
“Ini bukan hanya soal burger dan kentang goreng, ini soal kekuasaan,” demikian pernyataan resmi mereka di Instagram. “Ketika kita bersatu dan menyerang perusahaan lewat dompet mereka, mereka akan mendengarkan.”
Sebelumnya, kelompok ini juga menyerukan boikot terhadap Amazon, Nestlé, Walmart, General Mills, dan Target, serta menuduh McDonald’s menggunakan berbagai taktik tidak etis yang merugikan pekerja dan konsumen.
Pemimpin The People’s Union, John Schwarz, menyebut McDonald’s memiliki rekam jejak dalam membungkam suara pekerja dan menghalangi pembentukan serikat buruh. Ia juga menyoroti eksploitasi rantai pasok global dan celah hukum lingkungan, serta kampanye keberagaman yang dianggapnya hanya simbolis. Schwarz mengklaim dana politik McDonald’s justru mendukung kebijakan dan tokoh yang merugikan kesetaraan, hak pekerja, dan komunitas termarjinalkan.
Seruan boikot ini muncul di tengah masa sulit bagi McDonald’s, menyusul insiden wabah E coli pada musim gugur 2024, serta penurunan penjualan dan kritik terhadap keputusan perusahaan menghentikan program keberagaman pada Januari 2025 setelah Donald Trump kembali terpilih.
The Independent telah menghubungi McDonald's untuk memberikan komentar namun perusahaan belum memberikan tanggapan resmi. Sebelumnya McDonald's membantah keras tuduhan telah melambungkan harga, dengan menyatakan bahwa harga menu ditentukan oleh masing-masing pewaralaba, dan tetap fokus pada keterjangkauan.
Pada Oktober lalu, Senator Demokrat AS Elizabeth Warren, Bob Casey, dan Ron Wyden juga menuding McDonald’s menaikkan harga melebihi inflasi. Dalam surat terbuka, mereka menyoroti laba bersih perusahaan yang melonjak lebih dari 79 persen dalam periode 2020–2023, mencapai hampir 8,5 miliar dolar AS.
Pada 2024, pekerja makanan cepat saji dari berbagai merek di California, termasuk McDonald’s, membentuk serikat pekerja di bawah naungan Service Employees International Union. Ini merupakan langkah besar dalam industri dengan tingkat keanggotaan serikat yang masih rendah.
Gerakan The People’s Union USA mulai mendapat perhatian luas sejak awal 2025, dengan dukungan dari tokoh publik seperti penulis Stephen King, aktor John Leguizamo, dan aktris Bette Midler. Kampanye GoFundMe mereka telah mengumpulkan lebih dari 125 ribu dolar AS dalam empat bulan terakhir.