Kamis 05 Jun 2025 18:39 WIB

Kemacetan di Jalan Bisa Picu Stres

Diperlukan pemeriksaan kesehatan agar terhindar dari stres dan gangguan mental.

Pengendara terjebak kemacetan saat jam pulang kerja di kawasan Semanggi, Jakarta, Rabu (7/5/2025).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pengendara terjebak kemacetan saat jam pulang kerja di kawasan Semanggi, Jakarta, Rabu (7/5/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemacetan panjang menghiasi jalan-jalan Utama di jantung Ibu Kota Jakarta pada Rabu (28/5/2025) lalu. Kemacetan ini membuat waktu tempuh perjalanan meningkat dua kali lipat.

Polisi menyebut salah satu penyebab kemacetan adalah momen libur Kenaikan Isa Al Masih dan cuti bersama. Banyak warga memilih untuk pulang ke rumah lebih awal karena besok harinya mulai libur panjang. Media sosial pun ramai dengan keluhan warga Jakarta atas kemacetan ini.

"Jadi sementara yang kami perkirakan kemacetan kemarin terjadi saat jam kepulangan kantor, mengingat saat itu mungkin hari terakhir bekerja sebelum libur panjang. Hal ini berdasarkan pemantauan akses kendaraan yang keluar Jakarta pada sore hingga malam," ujar Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar (Kombes) Polisi Komarudin.

Kondisi macet ini tidak boleh dipandang sebelah mata. Berbagai studi menunjukkan kemacetan dan waktu tempuh perjalanan berpengaruh pada tingkat stres, Kesehatan, dan mental. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan kesehatan agar terhindar dari stres dan gangguan mental.

Salah satunya dengan pemeriksaan mental gratis dan mandiri bernama Mind Health Self-Check yang bisa dicoba dengan mengunjungi halaman https://mindhealthselfcheck.axa.com/. Hanya perlu menjawab pertanyaan yang mencakup aspek gaya hidup, skill dan kondisi pikiran saat ini. Semua pertanyaan dapat diselesaikan kurang dari sepuluh menit.

Platform pemeriksaan mental secara mandiri ini merupakan inisiatif dari AXA dan sudah hadir sejak November 2024. Tersedia di 13 negara dengan 10 bahasa dan seluruh lapisan masyarakat dapat mengaksesnya secara gratis.

Pemeriksaan gratis ini memberikan diagnosis cara mengelola kondisi mental dengan lebih baik. Platform ini merupakan langkah awal yang penting, karena individu yang memiliki kesadaran diri untuk menjaga kesehatan mental akan memiliki tingkat perkembangan diri yang lebih kuat dan bermakna.

"AXA dan AXA Mandiri mengajak karyawan dan masyarakat membuat perbedaan dengan mengukur kesehatan mental mereka secara mandiri melalui platform ini. Lingkungan kerja yang dikelilingi kesehatan mental yang terjaga akan membuat karyawan dan masyarakat lebih maksimal dalam meraih cita-citanya,” tutur Presiden Direktur AXA Mandiri, Handojo G Kusuma.

Selain itu AXA dalam risetnya bersama IPSOS di 16 negara dengan 17.000 responden berusia 17-75 tahun mencatat sepertiga populasi global (32 persen) saat ini hidup dengan gangguan kesehatan mental. Lalu 52 persen responden kelompok umur muda menyebut penggunaan media sosial dan digitalisasi berdampak negatif pada kesehatan mental mereka.

Hasil survei tersebut juga mencatat tiga aspek kehidupan yang memengaruhi kesehatan mental populasi dunia yaitu ketidakstabilan finansial, kondisi global dunia dan konsumsi berita yang negatif. Lebih lanjut, fenomena gangguan kesehatan mental ini juga tecermin dalam jumlah cuti sakit yang meningkat. Dalam risetnya, AXA menemukan adanya peningkatan jumlah cuti sakit karena alasan kesehatan mental hingga 27 persen pada tahun 2024, naik 4 poin dibandingkan tahun 2023.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement