REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Menteri Keuangan Thailand Pichai Chunhavajira mengungkapkan ekonomi negara tersebut akan mengalami guncangan akibat dampak tarif yang diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Thailand berencana untuk melakukan negosiasi guna menyelaraskan tarifnya lebih dekat dengan tarif para pesaing dagangnya.
"Tidak peduli berapa pun tarif yang akan dikenakan, jika tarifnya setara dengan pesaing kami, tarif tersebut tidak akan memengaruhi kami," kata Pichai Chunhavajira dalam sebuah acara kementerian.
"Dengan usulan kami, kami seharusnya sudah mencapai titik di mana kami akan mendapatkan apa yang kami inginkan," tambahnya.
Thailand merupakan salah satu negara Asia Tenggara yang paling terpukul oleh tindakan Presiden AS Donald Trump. Mereka menghadapi tarif sebesar 36 persen jika pengurangan tarif tidak dapat dinegosiasikan sebelum moratorium AS berakhir pada bulan Juli.
Trump mengumumkan tarif baru sebesar 10 persen pada hampir semua barang impor yang masuk ke AS pada 2 April 2025. Trump juga memberlakukan tarif timbal balik terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Kamboja menghadapi tarif terbesar terhadap AS, yaitu 49 persen, sementara Vietnam 46 persen. Indonesia sendiri ditetapkan tarif sebesar 32 persen dan Malaysia 24 persen.