REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau ANTAM kembali mencatatkan pencapaian positif dalam kinerja keuangan di tahun buku 2024 (FY24). Anggota holding BUMN industri pertambangan (MIND ID) tersebut mampu mencetak pendapatan tertinggi sepanjang sejarah sebesar Rp 69,19 triliun serta mencatatkan laba tahun berjalan senilai Rp 3,85 triliun, melonjak 25 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 3,08 triliun.
Direktur Utama ANTAM Nicolas D Kanter menyampaikan, capaian ini merupakan buah dari ketangguhan dan strategi manajemen perusahaan dalam merespon tantangan pasar. Perusahaan juga melakukan optimalisasi kinerja operasional secara berkelanjutan.
"ANTAM berhasil menunjukkan daya saing dan resiliensi tinggi di tengah fluktuasi harga komoditas serta perubahan regulasi. Kami tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh dan mencetak kinerja keuangan terbaik sepanjang sejarah perusahaan," kata Nico, dalam keterangannya di Jakarta, dikutip Rabu (9/4/2025).
Seiring dengan peningkatan laba, ANTAM juga mencatatkan pertumbuhan EBITDA sebesar 3 persen menjadi Rp 6,73 triliun dari sebelumnya Rp 6,55 triliun. Laba kotor naik 3 persen menjadi Rp 6,50 triliun, dan laba usaha meningkat 15 persen menjadi Rp 3,00 triliun dari Rp 2,62 triliun di tahun 2023.
Efisiensi turut menjadi kunci. Beban usaha perusahaan turun 5 persen menjadi Rp 3,50 triliun, terutama karena penurunan biaya logistik dan asuransi akibat kendala perizinan yang sempat memengaruhi penjualan nikel dan bauksit.
Dari sisi neraca, total aset ANTAM meningkat 4 persen menjadi Rp 44,52 triliun, dan ekuitas tumbuh menjadi Rp 32,20 triliun. Perusahaan juga melakukan pelunasan investasi sebesar Rp 1,68 triliun pada akhir 2024, membuka ruang tambahan bagi pendanaan pengembangan bisnis di masa mendatang.
Komoditas emas menjadi tulang punggung pendapatan ANTAM pada FY24 dengan kontribusi signifikan sebesar Rp57,56 triliun, melonjak 120 persen dibandingkan FY23 sebesar Rp 26,12 triliun. Lonjakan ini didorong oleh harga emas dunia yang meningkat serta permintaan domestik yang tinggi.
Volume penjualan emas juga mencetak rekor tertinggi mencapai 43.776 kg (1.407.431 troy oz.), tumbuh 68 persen dari 26.129 kg (840.067 troy oz.) di tahun sebelumnya. Seluruh penjualan emas difokuskan ke pasar domestik.
"Kami bersyukur masyarakat Indonesia terus menjadikan produk logam mulia ANTAM sebagai pilihan utama dalam berinvestasi emas. Ini terlihat dari tingginya penjualan emas kami, yang seluruhnya didistribusikan ke pasar dalam negeri," ujar Nico.
ANTAM memperkuat kanal distribusi dengan menyediakan produk logam mulia melalui berbagai saluran, termasuk website resmi www.logammulia.com, marketplace seperti Tokopedia, Shopee, Blibli, TikTok Shop, serta jaringan Butik Emas di 12 kota besar di Indonesia. Selain emas, segmen nikel juga memberikan kontribusi sebesar Rp 9,50 triliun atau 14 persen dari total pendapatan, meskipun dihadapkan pada tantangan pasar dan hambatan perizinan. Volume produksi feronikel mencapai 20.103 ton nikel dalam feronikel (TNi), dengan penjualan 19.452 TNi ke pasar ekspor, seperti Tiongkok, India, dan Korea Selatan.
Kemudian, produksi bijih nikel mencapai 9,94 juta wet metric ton (wmt), dengan penjualan 8,35 juta wmt, seluruhnya untuk pasar domestik, baik ke smelter ANTAM sendiri maupun pihak ketiga. Adapun penjualan dari segmen bauksit dan alumina mencapai Rp 1,80 triliun, naik tujuh persen dari Rp 1,69 triliun pada FY23. ANTAM memproduksi 1,33 juta wmt bauksit dengan penjualan 736 ribu wmt.
Tantangan perizinan dan belum masifnya hilirisasi di sektor ini menjadi faktor pembatas pertumbuhan. Untuk alumina, melalui entitas anak PT Indonesia Chemical Alumina (ICA), produksi mencapai 147.826 ton, dengan penjualan 177.178 ton-naik 24 persen dari tahun sebelumnya.
Lebih lanjut Nico mengatakan, komitmen ANTAM terhadap prinsip good mining practices terus membuahkan hasil. Tahun 2024, perusahaan meraih berbagai penghargaan dari Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) oleh KLHK, termasuk dua Peringkat Emas (UBP Emas dan UBP Bauksit Kalbar), satu Hijau, serta beberapa Biru untuk unit dan anak usaha lainnya.
"Pengakuan ini menjadi bukti ANTAM menjalankan operasional yang bertanggung jawab, tidak hanya mengutamakan profit, tapi juga dampak sosial dan lingkungan," tuturnya.
Sepanjang 2024, ANTAM menandatangani beberapa kerja sama penting, di antaranya perjanjian dengan PT Freeport Indonesia (PTFI) untuk pasokan minimal 30 ton emas per tahun dengan kemurnian 99,99 persen. Bahan baku ini akan diproses menjadi logam mulia oleh ANTAM.
Perusahaan juga melakukan pembelian lahan di kawasan industri JIIPE Gresik untuk pengembangan fasilitas pengolahan logam mulia, memperkuat ekosistem hilirisasi emas nasional. Untuk sektor nikel, ANTAM melanjutkan keterlibatannya dalam pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik (EV Battery) di Indonesia melalui berbagai proyek strategis, meskipun detail perkembangan proyek ini belum sepenuhnya diumumkan.
Dengan fundamental yang kuat, ANTAM siap melanjutkan kinerja positifnya di 2025. Strategi penguatan hilirisasi, ekspansi pasar domestik, dan keberlanjutan lingkungan menjadi pilar utama pertumbuhan perusahaan ke depan. "Kami optimistis ANTAM akan terus tumbuh secara berkelanjutan dan memberikan kontribusi nyata bagi industri pertambangan nasional, masyarakat, serta pemegangn saham," kata Niko Kanter, menutup pernyataannya.