REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) di Jakarta pada Rabu (26/3/2025) siang WIB, menjadi salah satu yang dinanti tidak hanya oleh para pemegang saham, namun juga seluruh stakeholder industri keuangan di Tanah Air.
Sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia, BNI memiliki peran strategis dalam perekonomian, terutama dalam pembiayaan korporasi, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Selain itu, juga berperan dalam pengembangan layanan digital perbankan.
Maka RUPST BNI pun sangat dinanti dan tahun ini agendanya mencakup pembahasan penggunaan laba bersih tahun buku 2024, peningkatan rasio dividen, rencana pembelian kembali saham (buyback), serta perubahan susunan direksi. Sepanjang tahun 2024, BNI mencatatkan kinerja keuangan yang solid.
Laba bersih perusahaan mencapai Rp 21,5 triliun, meningkat 2,87 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 20,9 triliun. Pertumbuhan itu didorong oleh transformasi digital yang berhasil meningkatkan tabungan sebesar 11 persen secara tahunan, dari Rp 232 triliun pada tahun 2023 menjadi Rp 258 triliun pada tahun 2024.
Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar, sebelumnya menyatakan, pencapaian tersebut mencerminkan daya saing perusahaan dalam menghadapi tantangan ekonomi, baik domestik maupun global. Menurut dia, BNI berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Caranya dengan memanfaatkan peluang ekspansi yang ada, sejalan dengan program pemerintah seperti pengembangan infrastruktur, ketahanan energi dan pangan, pemberdayaan UMKM, hilirisasi industri, serta program perumahan nasional. Salah satu pendorong utama pertumbuhan BNI adalah transformasi digital.
Hal itu diimplementasikan melalui peluncuran aplikasi mobile banking terbaru, Wondr by BNI, untuk segmen ritel, dan BNIdirect untuk segmen bisnis dan korporasi. Kedua inovasi digital itu menjadi bagian dari inisiatif strategis perusahaan dalam mendorong peningkatan dana murah (CASA) transaksional terhadap total Dana Pihak Ketiga (DPK).