Senin 17 Mar 2025 13:42 WIB

Boikot Perusahaan Terafiliasi Israel Tetap Perlu Dilakukan Saat Ramadhan, Ini Alasannya

Fuad mengimbau masyarakat Muslim untuk tetap menggerakkan boikot.

Massa aksi peduli Palestina menggelar unjuk rasa di depan kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, Jumat (25/10/2024).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Massa aksi peduli Palestina menggelar unjuk rasa di depan kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, Jumat (25/10/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gerakan boikot yang masif dilakukan masyarakat Indonesia dan global telah sukses menggoyahkan perusahaan terafiliasi Israel. Tidak hanya penjualannya yang turun, tetapi juga berdampak kepada saham anjlok hingga sejumlah merek global terpaksa menutup beberapa gerainya.

Akibatnya, berbagai upaya dilakukan perusahaan terafiliasi Israel untuk menarik simpati masyarakat untuk menghindari boikot. Hal tersebut diungkap oleh Gerakan Kebangkitan Produk Nasional. Pada Ramadhan ini, disebutkan banyak perusahaan terafiliasi Israel tersebut dengan gencar melakukan pendekatan ke masyarakat Muslim. Mereka mengadakan acara di masjid selama Ramadhan untuk menarik simpati masyarakat agar tidak diboikot dan menaikkan kembali pendapatannya.

Baca Juga

“Seperti yang kita lihat sekarang ini, banyak perusahaan terafiliasi Israel yang seolah-olah mendukung Palestina dengan menggandeng masjid-masjid lalu mengadakan acara di sana untuk menarik simpati kembali masyarakat,” ungkap Ketua Gerakan Kebangkitan Produk Nasional Fuad Adnan melalui keterangan tertulis, Senin (17/3/2025).

Menanggapi hal tersebut, Fuad mengimbau masyarakat Muslim untuk tetap menggerakkan boikot sebagai salah satu bentuk amar ma’ruf nahi munkar pada Ramadhan ini. “Di bulan Ramadhan ini kita harus memperbanyak amar ma’ruf nahi munkar, dan memperkuat aksi boikot terhadap perusahaan terafiliasi Israel adalah amar ma’ruf nahi munkar yang harus kita galakkan di bulan suci Ramadhan, karena walaupun saat ini telah ada gencatan senjata tapi penembakan masih terus terjadi,” ujar Fuad.

Fuad mengimbau agar berhati-hati terhadap aksi "Palestine Washing" yang dilakukan perusahaan pendukung zionis. "Palestine Washing" adalah upaya pembelaan diri dari merek global yang terafiliasi Israel dengan berpura-pura menaruh simpati kepada bangsa Palestina. Caranya dengan berdonasi, mengiklankan dukungan, atau melakukan hal serupa untuk menunjukkan simpati palsu pada bangsa Palestina.

Mengantisipasi hal tersebut, Ketua Umum DPP Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Nanang Mubarok turut merujuk Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 83 Tahun 2023 tentang hukum dukungan terhadap perjuangan Palestina, yang salah satu isinya yaitu arahan untuk memboikot produk terafiliasi Israel dan mendukung produk nasional.

Nanang mengatakan boikot perusahaan terafiliasi Israel telah digerakkannya sejak dikeluarkannya fatwa MUI tersebut. Ia juga menegaskan pentingnya dukungan terhadap Palestina bukan sekadar imbauan, melainkan panduan moral yang mengikat.

“Setiap rupiah yang mengalir ke perusahaan-perusahaan pendukung Israel pada akhirnya ikut membiayai kekerasan terhadap warga Palestina. Ketika kita membeli produk mereka, secara tidak langsung kita membiayai penindasan terhadap saudara-saudara kita di Palestina. Ini bukan lagi soal preferensi konsumen, tetapi soal sikap kemanusiaan," ujar Nanang.

Lebih dari sekadar tren, boikot ini mencerminkan perubahan pola konsumsi yang lebih sadar dan berprinsip. Para aktivis pro-Palestina pun mendesak agar aksi boikot diperluas ke sektor lain, termasuk investasi dan teknologi, agar dampaknya semakin terasa. Konsumen Indonesia memiliki kekuatan untuk memberikan tekanan ekonomi yang nyata. Setiap keputusan untuk tidak membeli produk terafiliasi Israel adalah suara perlawanan yang tidak bisa diabaikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement