Selasa 25 Feb 2025 16:12 WIB

Terkuak, Danantara Ide Prof Soemitro untuk Kelola BUMN dan 'Melawan' Konglomerat

Prof Soemitro ingin agar koperasi dilibatkan dalam pengelolaan dana BUMN.

Prof Dr Soemitro Djojohadikoesoemo, sang begawan ekonomi Indonesia dan juga ayahanda Presiden Prabowo Subianto.
Foto: dok ui
Prof Dr Soemitro Djojohadikoesoemo, sang begawan ekonomi Indonesia dan juga ayahanda Presiden Prabowo Subianto.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Prabowo Subianto kemarin meresmikan berdirinya Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara. Lembaga ini akan mengelola dana yang dikumpulkan dari sejumlah BUMN, untuk mendapatkan keuntungan lanjutan. Dana kelolaannya, kata Presiden Prabowo di dalam pidato, akan dialokasikan ke sejumlah proyek strategis nasional.

Menarik mencermati ide asal lembaga seperti Danantara ini. Dari penelusuran Republika, Prof Soemitro Djojohadikusumo, adalah tokoh pertama yang mengelaborasi model lembaga pengelola investasi dari BUMN. Soemitro adalah begawan ekonomi Indonesia yang juga ayah dari Prabowo.

Pada 17 Desember 1997, Soemitro berpidato soal hal ini di dalam acara Rapat Anggota Induk Koperasi Pegawai RI di Jakarta. Konteksnya untuk memperkuat keberadaan koperasi.

Mengutip berita Republika ketika itu, yang berjudul 'Penguatan Ekonomi Bumiputra Via Koperasi', Prof Soemitro Djojohadikusumo, yang juga ketua umum Induk Koperasi Pegawai (IKP) RI, mengatakan perlunya lembaga independen untuk mengatur dana koperasi.

''Caranya, dana dari penyisihan satu hingga lima persen laba BUMN dikumpulkan dan dipusatkan sebagai dana investasi untuk pembinaan gerakan koperasi dan usaha kecil.''

Dana investasi itu, menurut Soemitro, ''dimungkinkan pula berperan sebagai dana jaminan yang dapat turut dalam pembelian saham-saham perusahaan swasta.''

Menariknya, ketika itu, Soemitro dengan tegas menyatakan pendirian lembaga independen dari dana koperasi itu adalah untuk mengerem penguasaan konglomerat atas aset aset strategis milik negara. 

Menurut Soemitro, lembaga dana investasi itu dapat mencegah penguasaan saham dalam rencana swastanisasi BUMN, yang biasanya dilakukan oleh ''sekelompok konglomerat yang itu-itu saja''. Ia menyarankan lembaga dana investasi itu didirikan dan dikelola secara mandiri serta tak terikat dengan satu departemen.

Dalam konteks ini, menurut Soemitro, sesungguhnya Indonesia ketinggalan sekitar 17 tahun dibandingkan dengan Malaysia yang telah membentuk Sharikat Permodalan Nasional Berhad untuk memperkuat kedudukan golongan bumiputera dalam kegiatan perekonomian.

Soemitro mengemukakan upaya pengembangan koperasi dan usaha kecil/menengah hendaknya dilakukan secara berkesinambungan dan perlu dilihat dari segi pembentukan kekuatan tandingan dalam persaingan pasar. ''Agar proses transformasi pembangunan dapat berlangsung lancar.''

 

Perwujudan

Sementara Prabowo, kemarin, akhirnya mewujudkan buah pikiran ayahandanya. Prabowo sempat mengatakan bahwa ide mengelola aset negara untuk memberikan hasil sebesar-besarnya sudah dicetus oleh para tokoh bangsa puluhan tahun lalu. "Para pendiri bangsa mendirikan Bank Industri Negara untuk membiayai sektor perkebunan, industri, dan pertambangan," kata Presiden.

Ia melanjutkan, peluncuran Danantara memiliki arti yang sangat penting. Karena Danantara Indonesia bukan sekedar sebuah badan pengelola investasi (BPI). "Melainkan harus menjadi instrumen pembangunan nasional yang akan mengoptimalkan cara kita mengelola kekayaan Indonesia," kata Prabowo, melanjutkan.

Apa yang pemerintah luncurkan kemarin buka sekedar sebuah dana investasi, melainkan instrumen, alat pembangunan nasional yang bisa mengubah cara mengelola kekayaan bangsa demi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

Prabowo kemudian memaparkan bagaimana pemerintah mengumpulkan laba BUMN maupun kementerian lembaga untuk Danantara itu. Dalam 100 hari pertama, dalam bahasa Prabowo, bisa 'mengamankan' lebih dari Rp 300 triliun, hampir 20 miliar dolar AS dalam bentuk tabungan negara.

"Dana yang sebelumnya terhambat oleh inefisiensi, korupsi, dan belanja-belanja yang kurang tepat sasaran," kata Presiden.

Kini dana tersebut, lanjut dia, akan dialokasikan untuk dikelola oleh Danantara Indonesia, diinvestasikan dalam 20 atau lebih proyek-proyek nasional sebagai bagian dari industrialisasi dan hilirisasi. Ini seperti hilirisasi nikel, bauksit, tembaga, pembangunan pusat data kecerdasan buatan, kilang minyak, pabrik petrokimia, produksi pangan dan protein, akuakultur, serta energi terbarukan.

Proyek-proyek tersebut dinilai berdampak tinggi, yang akan menciptakan nilai tambah yang signifikan,membuka lapangan kerja yang bermutu, dan menghadirkan kemakmuran yang berjangka panjang bagi masyarakat Indonesia.

Terkait visi bahwa lembaga independen bisa berinvestasi di luar negeri, Prabowo juga menggandeng para duta besar kemarin. Danantara Indonesia, kata Presiden, menyampaikan kepada dunia bahwa Indonesia siap bekerja sama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement