REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Arab Saudi mencatat defisit fiskal sebesar 115,63 miliar riyal (sekitar 30,83 miliar dolar AS atau Rp 478,5 triliun) pada 2024 akibat peningkatan belanja negara sebesar 6 persen. Sementara itu, pendapatan minyak naik menjadi 756,6 miliar riyal (sekitar Rp 3,12 kuadriliun), berdasarkan data Kementerian Keuangan.
Sebagai eksportir minyak terbesar di dunia, Arab Saudi terus menggelontorkan ratusan miliar dolar guna merealisasikan strategi transformasi ekonomi Vision 2030. Upaya ini membuat belanja negara terus meningkat, meskipun pendapatan tertekan akibat produksi serta harga minyak yang lebih rendah.
Pemerintah Arab Saudi merevisi perkiraan defisit anggaran 2024 menjadi 115 miliar riyal dari estimasi awal 79 miliar riyal. Angka tersebut setara dengan sekitar 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
"Dalam sembilan bulan pertama hingga 30 September, defisit yang tercatat mencapai 58 miliar riyal (sekitar Rp 239,5 triliun), dengan lebih dari setengahnya terjadi pada kuartal ketiga," seperti dikutip dari Zawya, Jumat (14/2/2025).
Total pendapatan negara sepanjang tahun lalu tercatat sebesar 1,26 triliun riyal (sekitar Rp 5,2 kuadriliun), meningkat 4 persen dibandingkan 2023. Sementara itu, belanja negara pada periode yang sama mencapai 1,38 triliun riyal (sekitar Rp 5,67 kuadriliun), naik 6 persen secara tahunan.
Arab Saudi saat ini berada di tengah implementasi Vision 2030, yang berfokus pada ekspansi sektor swasta dan pertumbuhan ekonomi nonmigas sebagai pilar utama pembangunan masa depan.
Pendapatan nonmigas pada 2024 tercatat sebesar 502,5 miliar riyal (sekitar Rp 2,07 kuadriliun), menurut data Kementerian Keuangan.
Pada kuartal keempat, defisit anggaran hampir mencapai 57,66 miliar riyal (sekitar Rp 238,4 triliun). Belanja negara pada periode tersebut tercatat sebesar 360,52 miliar riyal (sekitar Rp 1,49 kuadriliun), turun 9 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pendapatan dari sektor minyak mengalami penurunan hingga 170,9 miliar riyal (sekitar Rp 705,9 triliun), atau merosot 31 persen secara tahunan. Hal ini menyebabkan total pendapatan pada kuartal tersebut turun 15 persen menjadi sekitar 303 miliar riyal (sekitar Rp 1,25 kuadriliun).
Sementara itu, total utang Arab Saudi tercatat sekitar 1,22 triliun riyal (sekitar Rp 5,04 kuadriliun) pada akhir 2024, menurut data pemerintah.