Senin 27 Jan 2025 16:57 WIB

Setelah Beras, Ini Komoditas Lain yang Juga akan Setop Impor

Sektor pertanian Indonesia saat ini tengah mengalami kemajuan signifikan.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Gita Amanda
Buruh pelabuhan membongkar beras impor asal Thailand dari kapal kargo, (ilustrasi). Pemerintah, tengah bekerja keras guna memastikan komoditas pangan utama Indonesia dapat dipenuhi dari dalam negeri.
Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Buruh pelabuhan membongkar beras impor asal Thailand dari kapal kargo, (ilustrasi). Pemerintah, tengah bekerja keras guna memastikan komoditas pangan utama Indonesia dapat dipenuhi dari dalam negeri.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono, menyinggung komitmen pemerintah membenahi sektor pertanian. Menurutnya, sektor pertanian Indonesia saat ini tengah mengalami kemajuan signifikan. 

Pemerintah, jelas Wamentan, tengah bekerja keras guna memastikan komoditas pangan utama Indonesia dapat dipenuhi dari dalam negeri. Sehingga tidak bergantung pada impor. "Beras, Insya Allah, tahun ini selesai. Jagung selesai, gula selesai. Selanjutnya, kita fokus ke komoditas lain yang masih impor seperti susu, daging, bawang putih, atau kedelai. Sesuai arahan Bapak Presiden, semuanya akan kita selesaikan,” kata Sudaryono, akhir pekan lalu.

 

Ia menambahkan, sebagai bagian dari upaya mewujudkan kedaulatan pangan, pemerintah telah mengimplementasikan kebijakan strategis. Itu antara lain meningkatkan distribusi pupuk, menyediakan benih gratis, serta menyalurkan alat dan mesin pertanian (alsintan) secara merata ke seluruh wilayah. 

 

Wamentan menerangkan, pembenahan sektor pertanian tidak hanya berfokus pada beras, tetapi juga pada komoditas pangan lainnya. "Swasembada pangan bukan hanya tentang beras, tapi juga komoditas lain. Kita mulai dengan beras sebagai bahan pokok utama. Dalam sektor pertanian, kita pastikan semua komponen seperti pupuk, penyuluh, irigasi, dan benih sudah beres,” jelas sosok yang akrab disapa Mas Dar ini, tertulis dalam keterangan resmi Kementerian Pertanian.

 

Pemerintah menargetkan Indonesia tidak hanya mencapai swasembada, tetapi juga menjadi eksportir dan lumbung pangan dunia. Dengan berbagai potensi yang dimiliki, Sudaryono optimistis Indonesia hal itu bisa tercapai.

 

“Setelah mencapai swasembada, kita ingin menjadi eksportir dan lumbung pangan, tidak hanya untuk kebutuhan rakyat Indonesia, tetapi juga bagi dunia. Dengan potensi besar dari segi penduduk, geografis, dan geopolitik, Indonesia harus menjadi pusat pangan dunia,” tuturnya.

 

photo
Setelah beras pemerintah akan fokus untuk menghentikan impor komoditas pangan lain, salah satunya daging. - (ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin)

 

Wamentan mengungkapkan dalam kurun waktu tiga bulan pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran, Rakabuming Raka, hasil positif mulai terasa. Di mana, produksi pangan nasional menunjukkan peningkatan signifikan. Sehingga hal tersebut berpotensi mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor.

 

“Dampaknya sudah terasa. Produksi kita naik, dan karena Indonesia tidak lagi mengimpor, harga beras dunia turun drastis. Sebelumnya, kita adalah importir terbesar, tetapi sekarang kita mandiri,” ujar Mas Dar.

 

Meski demikian, ia mengingatkan adanya pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan, terutama terkait dengan kesiapan Perum Bulog dalam menyerap gabah selama panen raya, sesuai dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang ditetapkan sebesar Rp 6.500 per kilogram.

 

“PR kita saat ini adalah kesiapan Bulog dalam menyerap gabah selama panen raya, sesuai dengan instruksi Presiden. HPP-nya Rp 6.500, dan ini harus dijalankan dengan optimal,” kata Sudaryono.

 

Dengan berbagai kebijakan dan upaya yang sedang dijalankan, pemerintah berambisi untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang mandiri  di Bidang pangan. Pada saat yang sama, berperan penting dalam pasar global.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement