REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat jumlah emiten yang melantai di BEI atau melakukan penawaran umum perdana/initial public offering (IPO) pada 2024 sebanyak 41 perusahaan. Angka tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan jumlah emiten yang melakukan IPO pada 2023 sebanyak 79 perusahaan.

“Kalau kita bicara pencatatan saham baru atau IPO tahun ini memang agak menurun dibandingkan tahun lalu,” kata Direktur Utama BEI Iman Rachman dalam konferensi pers Peresmian Penutupan Perdagangan BEI Tahun 2024 di Gedung BEI, Senin (30/12/2024).

Angka pencatatan saham baru pada 2024 tersebut terpantau merupakan yang terendah dalam enam tahun terakhir. Pada 2019, jumlah emiten yang melakukan IPO sebanyak 55 perusahaan, lalu pada 2020 mencapai 51 perusahaan, 2021 ada sebanyak 54 perusahaan. Kemudian pada 2022 ada sebanyak 59 perusahaan yang melantai di BEI, dan IPO yang tertinggi adalah jumlah pencatatan saham baru sebanyak 79 emiten pada 2023. 

“Namun, di pipeline masih ada 21 calon perusahaan tercatat dengan dana yang diperoleh atau fundraising Rp 14,3 triliun. Ini hanya dari sisi pencatatan saham baru, kalau kita ketahui bahwa dalam transaksi IPO Adaro contohnya, ada transaksi penawaran umum dengan saham sebesar hampir Rp 40 triliun,” tuturnya. 

Sementara itu, mengenai jumlah investor pasar modal pada sepanjang 2024, BEI mencatat angkanya mencapai 14,8 juta investor. Angka tersebut mengalami kenaikan dibandingkan jumlah investor pasar modal pada 2023 sebanyak 12,2 juta investor. Jumlah investor pasar modal terpantau terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, dan pada 2024 merupakan yang tertinggi dalam enam tahun terakhir.

Iman menambahkan, BEI menargetkan pada 2025, jumlah pencatatan saham baru atau IPO bisa mengalami peningkatan yakni sebanyak 66 perusahaan. Adapun target jumlah investor pada tahun depan mencapai 22 juta investor. 

Ikuti Whatsapp Channel Republika