REPUBLIKA.CO.ID,BRUSSELS -- Uni Eropa memutuskan menaikkan tarif kendaraan listrik Cina hingga 45,3 persen. Langkah ini diperkirakan akan memecah belah Eropa dan memicu balasan dari Beijing.
Satu tahun setelah Komisi Eropa meluncurkan penyelidikan anti-subsidi, blok itu memutuskan menetapkan tarif tambahan pada kendaraan listrik mulai dari mobil listrik Tesla sebesar 7,8 persen sampai SAIC dari Cina sebesar 35,3 persen. Jauh di atas standar bea cukai mobil impor Uni Eropa yang hanya 10 persen.
Tarif tambahan ini resmi disetujui dan dipublikasikan Jurnal Resmi Uni Eropa, Selasa (28/10/2024) dan berlaku pada Rabu (30/10/2024). Komisi Eropa mengatakan tarif tambahan ini diperlukan untuk melawan balik apa yang mereka sebut subsidi tidak adil, termasuk hibah, pembiayaan preferensial, harga lahan, baterai dan bahan baku yang di bawah harga pasar.
Pembiayaan preferensial adalah jenis pembiayaan yang diberikan dengan syarat dan ketentuan yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan pembiayaan biasa. Biasanya, pembiayaan ini diberikan kepada pihak-pihak tertentu yang dianggap memiliki prioritas atau memenuhi kriteria khusus.
Komisi Eropa mengatakan kapasitas produksi Cina yang sebesar 3 juta kendaraan listrik per tahun, mencapai dua kali lipat dari pasar Uni Eropa. Mengingat tarif Amerika Serikat dan Kanada mencapai 100 persen, maka Eropa menjadi pasar pasti kendaraan listrik Cina.
"Cina tidak sepakat atau menerima keputusan ini, kami juga menyadari pihak Uni Eropa mengindikasi akan terus menegosiasikan komitmen harga-harga dengan Cina," kata Kementerian Perdagangan Cina pada Selasa kemarin.
Kementerian menambahkan Beijing berharap dapat segera menemukan solusi yang diterima kedua belah pihak untuk menghindari "gesekan perdagangan lebih lanjut." Kamar Dagang Cina mengatakan mereka kecewa dengan langkah "proteksionis" dan "sewenang-wenang" Uni Eropa serta lambatnya kemajuan negosiasi untuk menemukan alternatif pada kenaikan tarif.
Pada tahun ini, Cina membalas dengan meluncurkan penyelidikan pada minuman keras, produk susu dan daging babi Uni Eropa. Beijing juga menggugat langkah Uni Eropa di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Produsen kendaraan listrik Eropa kesulitan menghadapi gelombang kendaraan listrik Cina yang lebih murah. Komisi Eropa memperkirakan pada tahun 2025 pangsa pasar kendaraan listrik Cina tumbuh 8 persen dari tahun 2019 yang hanya 1 persen. Harga kendaraan listrik Cina biasanya 20 persen lebih murah dari kendaraan listrik Eropa.
Uni Eropa mempertegas sikapnya pada Beijing dalam lima tahun terakhir. Blok itu memandang Cina sebagai mitra potensional di sejumlah bidang tapi juga kompetitor dan rival sistemik. Sejumlah negara anggota tidak setuju dengan tarif yang ditetapkan Uni Eropa.
Dalam pemungutan suara bulan ini, Jerman salah satu dari lima negara anggota yang menolak kenaikan tarif kendaraan listrik Cina. 10 negara anggota mendukung dan 12 negara abstain dalam pemungutan suara itu.
Kementerian Perekonomian Jerman mengatakan Berlin mendukung negosiasi yang sedang berlangsung dengan Cina. Jerman berharap ada resolusi diplomatik untuk memitigasi ketegangan perdagangan sambil melindungi industri Uni Eropa.
"Pemerintah Federal mendukung pasar terbuka, terutama karena Jerman, sebagai perekonomian yang terhubung keseluruh dunia, tergantung pada pasar terbuka," kata juru bicara Kementerian Perekonomian Jerman.
Produsen mobil Jerman mengkritik keras langkah Uni Eropa karena mereka akan yang paling terdampak pada kenaikan bea cukai mobil bahan bakar bensin mesin besar Cina.
Langkah Uni Eropa diberlakukan saat buruh industri Jerman, termasuk perusahaan mobil Volkswagen menggelar mogok kerja menuntut kenaikan upah. Volkswagen mungkin akan mengumumkan penutupan pabrik di negara asalnya untuk pertama kalinya dalam 87 tahun sejarahnya.
Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban mengatakan, Uni Eropa menuju "perang dingin ekonomi" dengan Cina. Namun asosiasi produsen mobil Prancis, PFA menyambut baik kenaikan tarif tersebut dengan mengatakan mereka mendukung perdagangan bebas selama berjalan dengan adil.
Komisi Eropa mengatakan mereka menggelar delapan negosiasi teknis dengan Cina untuk menemukan alternatif selain kenaikan tarif. Komisi menegaskan negosiasi akan dilanjutkan setelah kenaikan tarif diberlakukan.
Kedua belah pihak sedang melihat kemungkinan komitmen harga minimum untuk mobil impor. Pada Jumat (25/10/2024) lalu kedua belah pihak juga sepakat untuk melanjutkan negosiasi meskipun Komisi mengatakan masih ada “kesenjangan yang signifikan”.
Masih harus dilihat apa dampak kenaikan tarif terhadap harga konsumen. Beberapa produsen Uni Eropa mungkin dapat menyerap sebagian pangsa pasar kendaraan listrik Cina.
Data Asosiasi Mobil Penumpang Cina menunjukkan dalam sembilan bulan pertama tahun 2024, ekspor kendaraan listrik Cina ke Uni Eropa turun 7 persen dari tahun sebelumnya. Tetapi telah melonjak lebih dari sepertiga pada bulan Agustus dan September, sebelum tarif diberlakukan.