Selasa 24 Sep 2024 18:07 WIB

Sempat Lesu, Rupiah Kembali Menguat di Level Rp 15.100-an

Rupiah mengalami penguatan 18,50 poin menuju level Rp 15.187 per dolar AS

Rep: Eva Rianti/ Red: Gita Amanda
 Nilai tukar rupiah mengalami penguatan pada Selasa (24/9/2024), setelah sempat melesu kemarin. (ilustrasi)
Foto: Dok Republika
Nilai tukar rupiah mengalami penguatan pada Selasa (24/9/2024), setelah sempat melesu kemarin. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah mengalami penguatan pada Selasa (24/9/2024), setelah sempat melesu kemarin. Penguatan terjadi seiring dengan prediksi percepatan inflasi AS yang terjadi dalam beberapa waktu ke depan. 

Mengutip Bloomberg, rupiah mengalami penguatan 18,50 poin atau 0,12 persen menuju level Rp 15.187 per dolar AS pada penutupan perdagangan Selasa (24/9/2024). Pada perdagangan sebelumnya, rupiah berada di level Rp 15.285,5, buntut potensi diundurnya pengetatan BBM bersubsidi.

Baca Juga

Pengamat mata uang yang merupakan Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan sejumlah sentimen yang memengaruhi penguatan mata uang Garuda, baik sentimen eksternal maupun internal. 

“Sentimen eksternal, karena aktivitas bisnis AS stabil pada September, tetapi harga rata-rata yang dibebankan untuk barang dan jasa naik pada laju tercepat dalam enam bulan, yang mungkin menunjukkan percepatan inflasi dalam beberapa bulan mendatang,” ujar Ibrahim dalam keterangan tertulis, Selasa (24/9/2024). 

Ibrahim mengatakan, data tersebut muncul setelah Federal Reserve memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) pada pekan lalu, yang mana beberapa pejabat berkomentar pada Senin bahwa langkah tersebut dimaksudkan untuk mempertahankan keseimbangan yang baru muncul dan sehat dalam perekonomian. 

Sementara itu, S&P Global menyatakan Indeks Output PMI Gabungan AS, yang melacak sektor manufaktur dan jasa, sedikit berubah pada 54,4 bulan ini dibandingkan dengan angka akhir 54,6 pada Agustus, dengan pembacaan di atas 50 menandakan ekspansi.

Sentimen ekternal lainnya adalah dari kondisi pasar di China. Ibrahim mengatakan, pasar Tiongkok menguat setelah pemerintah mengumumkan serangkaian langkah stimulus, dengan yang menonjol adalah pengurangan persyaratan cadangan untuk bank, bersama dengan suku bunga hipotek yang lebih rendah untuk mendorong pasar properti. Langkah tersebut meningkatkan harapan atas pemulihan ekonomi terbesar di Asia, yang kemudian dapat meluas ke kawasan tersebut. 

“Namun, pembacaan ekonomi baru-baru ini menunjukkan perlambatan aktivitas yang stabil selama sebagian besar kuartal ketiga. Suku bunga yang lebih rendah juga menandakan pelemahan yuan, meskipun intervensi pemerintah baru-baru ini membuat mata uang tersebut tetap kuat,” kata Ibrahim. 

Sementara itu, sentimen internal penguatan rupiah terjadi karena optimisme pada keberlanjutan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terkendali. “Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonom pada kuartal ketiga 2024 tetap stabil, akibat terjadi pemangkasan suku bunga BI Rate serta Fed Fund Rate (FFR), pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,06 persen secara tahunan atau (yoy). Proyeksi tersebut cenderung stabil dari realisasi kuartal kedua 2024 yang sebesar 5,05 persen (yoy). Di tengah perkembangan global yang terus dinamis,” terangnya. 

Lalu, sejalan dengan kebijakan bank sentral AS, The Fed, yang melakukan pemangkasan FFR sebesar 50 bps pada pekan lalu, BI mengambil langkah lebih dahulu dari pada The Fed, dengan  pemangkasan 25 bps.  

“Kita harap dengan tadi perkembangan FFR yang menurun, akan terus memberikan momentum positif bagi perekonomian Indonesia,” lanjutnya.  

Ibrahim melanjutkan, ketidakpastian atau volatilitas di pasar keuangan mulai menunjukkan penurunan dan semakin membaik. Di mana aliran modal mulai masuk ke pasar saham dan Surat Berharga Negara (SBN).  Meski arah kebijakan moneter di negara maju, utamanya AS menunjukkan soft landing, Menkeu Sri Mulyani tetap akan mewaspadai kondisi geopolitik, termasuk perkembangan Pemilu di AS yang akan menenutkan arah kebijakan. 

Pemerintah diketahui menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen pada akhir tahun 2024. Sementara secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi sepanjang semester pertama lalu berada di angka 5,08 persen. Sebelumnya, BI melihat seiring dengan mulai berlangsungnya pemangkasan suku bunga acuan, ekonomi mampu tumbuh  tetap berada pada rentang 4,7-5,5 persen, dengan nilai tengah di angka 5,1 persen.  

“Untuk  perdagangan besok (Rabu, 25 September 2024), mata uang rupiah diperkirakan fluktuatif namun ditutup menguat di rentang  Rp 15.130-Rp 15.230 per dolar AS,” tutup Ibrahim. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement