Rabu 18 Sep 2024 11:29 WIB

Produsen Pesimistis Soal Masa Depan Truk Listrik di Eropa, Ternyata Ini Alasannya

Daimler sebut target 50 persen pangsa pasar truk listrik di 2030 sulit terealisasi

Produsen truk terkemuka seperti Daimler Truck dan Traton menyatakan siap beralih ke kendaraan listrik. Namun, tanpa investasi besar dalam infrastruktur pengisian daya, penjualan truk listrik diprediksi akan sulit terwujud.
Foto: daimlertruck.com
Produsen truk terkemuka seperti Daimler Truck dan Traton menyatakan siap beralih ke kendaraan listrik. Namun, tanpa investasi besar dalam infrastruktur pengisian daya, penjualan truk listrik diprediksi akan sulit terwujud.

REPUBLIKA.CO.ID, HANOVER -- Produsen truk terkemuka seperti Daimler Truck dan Traton menyatakan siap beralih ke kendaraan listrik. Namun, tanpa investasi besar dalam infrastruktur pengisian daya, penjualan truk listrik diprediksi akan sulit terwujud.

CEO anak perusahaan truk Volkswagen, Traton, yang memiliki merek-merek seperti Scania, MAN, Navistar, serta Volkswagen Trucks and Buses, Christian Levin, mengatakan bahwa target Uni Eropa untuk mencapai 50 persen pangsa pasar truk listrik pada tahun 2030 masih jauh dari jangkauan saat ini.

"Bukan hanya soal biaya, tetapi juga infrastruktur pengisian daya, izin, pasokan listrik hijau, dan tentu saja harga. Semua itu harus bersinergi," kata Levin dalam sebuah wawancara dengan Reuters.

Sementara itu CEO baru Daimler Truck, Karin Radstroem, menyampaikan pesan serupa. "Truk-truknya sudah siap, sekarang infrastruktur harus menyusul," ujar Radstroem dalam presentasi Daimler di IAA Transportation truck show.

"Jika infrastrukturnya belum siap, pelanggan tidak akan membeli, dan jika pelanggan kami tidak membeli, kami harus menunda Green Deal," tambahnya.

Peraturan Uni Eropa mewajibkan produsen untuk mengurangi emisi CO2 dari truk berat baru sebesar 45 persen pada tahun 2030 dibandingkan dengan tingkat emisi pada 2020, atau menghadapi denda besar.

Untuk memenuhi target Uni Eropa, pangsa truk berat tanpa emisi harus meningkat menjadi 40 persen dari total penjualan baru pada tahun 2030, dari angka yang saat ini masih di bawah 2 persen, menurut studi dari perusahaan konsultan McKinsey. McKinsey juga menyebutkan bahwa harga truk bebas emisi harus turun setengahnya agar menjadi alternatif yang layak dibandingkan model diesel.

Sementara itu PWC berdasarkan hasil studi menyebut sebanyak 35 miliar euro (sekitar Rp 620 triliun) harus diinvestasikan untuk infrastruktur pengisian daya di seluruh Eropa hingga tahun 2035 untuk memenuhi permintaan industri logistik

Kepala Teknologi Daimler Truck, Andreas Gorbach, menyarankan agar target Uni Eropa dikaitkan dengan perkembangan infrastruktur pengisian daya dan ditinjau setiap tahun berdasarkan kemajuan yang dicapai.

"Dulu, seseorang harus membangun jalan tol agar truk bisa melintas... dan jalan tol di masa depan adalah infrastruktur pengisian daya," kata Gorbach dalam konferensi pers di IAA pada Senin (16/9/2024).

"Ini saatnya untuk meningkatkan percepatan, jika tidak, target menjadi tidak realistis," pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement