REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kementerian Pertanian sedang menyiapkan lahan peternakan sapi perah seluas 1,5 juta hektare untuk mendukung Program Makan Siang dan Susu Gratis yang dicanangkan presiden dan wakil presiden terpilih 2024.
"Kami sekarang ditugasi untuk mendukung itu, mencari lahan tidak kurang dari 1,5 juta hektare di berbagai wilayah di Indonesia," kata Tenaga Ahli Menteri Pertanian Bidang Hilirisasi Produk Peternakan Prof. Ali Agus di Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Jumat (23/8/2024).
Ali Agus mengatakan luas lahan tersebut telah dihitung berdasarkan kebutuhan pakan untuk 1,5 juta ekor sapi perah yang bakal diimpor dari berbagai negara.
"Sapi itu makan tiap hari. Sapi makan sehari bisa 40 kilogram (kg) rumput dan 40 kg rumput itu harus dihasilkan dari berapa luas lahan. Nah, itu sudah kita hitung," ujar Guru Besar Fakultas Peternakan UGM ini.
Menurut Ali, saat ini tim dari Kementan masih memetakan lahan-lahan di berbagai wilayah di Indonesia yang dinilai potensial untuk mendukung program itu.
Sejumlah wilayah yang telah didatangi untuk penyiapan lahan antara lain di dataran tinggi wilayah Kota Palu, Sulawesi Tengah; Berastagi, Sumatera Utara; dan Palembang di dekat Muara Enim, Sumatera Selatan.
"Sekarang ini diakui atau tidak, kan hampir tidak ada lahan yang diperuntukkan khusus untuk menanam rumput, padang rumput, supaya sapi bisa hidup. Lahan kita semua ini di samping kalau enggak untuk hutan, kebun, kebun sawit, terus tanaman pertanian," kata dia.
Karena itu, menurut Ali, Kementan juga telah menyosialisasikan penyiapan lahan itu ke petani-petani sawit di Palembang dengan harapan sekaligus mereka memelihara sapi sehingga tercipta integrasi antara sawit dan sapi.
"Kalau kita ingin swasembada susu, harus ada sapi. Sapi ada kalau ada rumput, rumput ada kalau ada tanah, lahan ditanami rumput. Nah ini lahannya enggak ada, ini sedang kami perjuangkan," ucap dia.
Sementara itu, untuk penyiapan 1,5 juta ekor sapi perah, Ali menyebut pemerintah sedang melakukan penjajakan impor dengan Selandia Baru, Australia, Amerika Serikat, dan Brasil.
"Ini sedang kita jajaki untuk peluang impornya dari sana karena sapi kita kurang," kata dia.
Untuk mendukung program itu, Kementan juga bakal menggandeng peran swasta serta investor dari berbagai negara sembari memetakan lahan ternak yang dibutuhkan.
"Saya kemarin Selasa malam itu ketemu investor dari Timur Tengah, mintanya lahan 20 ribu hektare, ini sedang dalam proses. Kelihatannya ini juga ada investor dari China, dari Vietnam, itu mau masuk dia butuh minimal 5.000 hektare," kata dia.
Para peternak sapi perah lokal, dipastikan Ali juga dilibatkan dengan model pembiayaan yang tengah disiapkan.
"Peternak silakan, nanti ada fasilitasi kredit misalnya kredit untuk peternakan ada 'grace period' sama ada bunga misalnya, bunganya ini bunga komersial, ada subsidi bunga, nanti ada asuransi ini sudah kita godok terus," kata Ali Agus.