Kamis 22 Aug 2024 17:30 WIB

Bye All Time High, Polemik Revisi UU Pilkada Buat IHSG Melemah

IHSG sudah mencetak rekor all time high (ATH).

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ahmad Fikri Noor
Karyawan mengamati layar elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia.
Foto: Republika/Prayogi
Karyawan mengamati layar elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada penutupan perdagangan Kamis (22/8/2024), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 65,92 poin atau 0,87 persen ke level 7488,68. Kondisi serupa juga terjadi pada nilai mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah 100,5 poin di level Rp 15.600 pada perdagangan Kamis sore, 22 Agustus 2024. Di penutupan sebelumnya, rupiah tercatat berada di level Rp 15.499,5 per dolar AS.

Financial Planner Ngurah Mustakawarman mengatakan, polemik terkait revisi UU Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang diputuskan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan cepat sangat memengaruhi pergerakan IHSG dan rupiah. Pasalnya, para investor selalu berharap pada kondisi politik yang stabil.

Baca Juga

 "Salah satu yang menyebabkan investor optimis dengan IHSG dan rupiah adalah kondisi politik yang stabil dan kepastian hukum yang berkeadilan. Jadi jika kondisi politik tidak stabil dan kepastian hukum kurang jelas maka dengan sendirinya investor bisa jadi akan lepas aset berisiko (seperti saham) dan memilih aset yang lebih pasti. Tentunya ini akan membuat orang beralih dari saham," ujar Ngurah yang juga merupakan founder pintarsaham.id kepada Republika, Kamis (22/8/2024).

Bila dilihat secara makro, IHSG sudah mencetak rekor all time high (ATH), namun akan berpeluang koreksi karena naik berturut-turut 3 hari. Koreksi kali ini dinilai wajar. Untuk nilai tukar rupiah juga sudah menguat sejak dikeluarkannya produk SRBI dan ekspektasi Fed rate yang akan cut rate di September nanti.

"Jadi mudah-mudahan kepastian hukum benar-benar ditegakkan," harapnya.

Ia pun membandingkan dengan kondisi makro Indonesia pada era reformasi tahun 1998 dengan kondisi saat ini. Menurutnya kedua kondisi politik dan perekonomian Tanah Air sangat berbeda.

"Ketika itu ada banyak hal yang "masih kurang teregulasi dengan baik" khususnya ekonomi dan perbankan. Saat ini semuanya lebih termitigasi namun akan sangat disayangkan jika terjadi hal-hal yang bisa menyebabkan reformasi terulang kembali karena akan berdampak sangat luas dan perlu waktu cukup lama untuk pulih," ujar Ngurah.

Sementara Analis sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah masih akan bergerak negatif esok hari. “Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif, namun ditutup melemah di rentang Rp 15.590 hingga Rp 15.650,” kata Ibrahim dalam analisis rutinnya hari ini.

Ibrahim menjelaskan, pelemahan rupiah hari ini utamanya didorong oleh gejolak politik nasional. Menurutnya, pembangkangan DPR terhadap putusan MK merupakan kesalahan fatal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement