Ahad 18 Aug 2024 13:54 WIB

Ruang Fiskal Terbatas, Indef: Jokowi Beri 'Warisan' ke Prabowo

Tingginya utang membuat pemerintah kebingungan dalam menetapkan anggaran.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Erik Purnama Putra
Presiden Joko Widodo berbincang Presiden Terpilih Prabowo Subianto usai Sidang Tahunan MPR/DPR/DPD Tahun 2024 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (16/8/2024).
Foto:

Riza menyoroti, kenaikan asumsi nilai tukar rupiah hingga Rp 10 ribu per dolar AS dibandingkan tahun lalu. Riza menilai, pemerintah harus mengantisipasi dampak kenaikan nilai tukar rupiah terhadap kondisi ekonomi pada tahun depan.

"Ini juga bisa sebagai indikator, warning untuk kita bahwa daya saing untuk nilai tukar ini memperlihatkan daya saing kita berarti sedang turun. Ini perlu diperhatikan kembali karena ini akan terkait-paut juga dengan perdagangan luar negeri, ekspor impor," ucap Riza.

Menurut Riza, suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun itu menjadi 7,1 persen terkait dengan kondisi ekonomi global yang diprediksi masih tinggi pada tahun depan. Dia menyatakan, hal itu yang mendasari pemerintah meningkatkan tingkat suku bunga SBN hingga 7,1 persen.

"Ini mungkin karena resiko secara global juga masih tinggi di tahun depan. Ada pemilu juga di negara-negara lain, di Amerika Serikat juga sedang ada pemilu, sehingga risikonya mungkin masih besar terhadap capital outflow," kata Riza.

Muhammad Nursyamsi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement