Jumat 12 Jul 2024 12:56 WIB

Kementerian Perekonomian Palestina: Industri Rugi Akibat Larangan Masuknya Bahan Mentah

Israel melarang masuk lebih dari 100 bahan baku ke pasar Palestina.

Rep: Eva Rianti/ Red: Gita Amanda
Kementerian Perekonomian Nasional Palestina menyatakan, larangan Israel terhadap masuknya lebih dari 100 bahan baku ke pasar Palestina telah menyebabkan kerugian bagi industri Palestina.  (ilustrasi)
Foto: EPA-EFE/ABED AL HASHLAMOUN
Kementerian Perekonomian Nasional Palestina menyatakan, larangan Israel terhadap masuknya lebih dari 100 bahan baku ke pasar Palestina telah menyebabkan kerugian bagi industri Palestina. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perekonomian Nasional Palestina menyatakan, larangan Israel terhadap masuknya lebih dari 100 bahan baku ke pasar Palestina telah menyebabkan kerugian bagi industri Palestina.  

Menguti dari English.news.cn, Kementerian Perekonomian Nasional Palestina dalam siaran persnya mengatakan bahwa bahan-bahan baku yang dilarang Israel tersebut meliputi berbagai sektor. Mulai dari industri makanan, industri kulit, tekstil, konstruksi, teknik, hingga bahan kimia.

Baca Juga

Adapun diantara zat-zat ‘terlarang’ tersebut adalah asam sulfat dan asam nitrat, yang telah menimbulkan kerugian besar pada industri terkait. Bahkan menyebabkan beberapa industri menutup kegiatan operasionalnya.

Lebih lanjut, kementerian menyampaikan, Israel menggunakan pembatasan barang-barang yang dapat digunakan ganda –barang dan teknologi yang mampu melayani keperluan sipil dan militer– sebagai dalih untuk menghambat pemulihan ekonomi Palestina. Sehingga meningkatkan ketergantungan wilayah Palestina pada perekonomian Israel.

Perekonomian Palestina menghadapi guncangan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang tingkat keparahannya semakin dalam setelah Israel melancarkan serangan di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023 lalu.

Menteri Perekonomian Nasional Palestina Mohammed Alamour memperingatkan pada Mei bahwa perekonomian Palestina diperkirakan akan mengalami kontraksi sebesar 10 persen pada akhir tahun ini. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement