Jumat 12 Jul 2024 12:32 WIB

Studi: Pendapatan Masyarakat Arab-Israel Tumbuh Lebih Cepat Dibandingkan Sektor Lain

Jumlah rumah tangga Arab yang hidup di bawah garis kemiskinan menurun.

Rep: Eva Rianti/ Red: Gita Amanda
Kontribusi masyarakat Arab terhadap pertumbuhan ekonomi Israel telah meningkat selama satu dekade terakhir. (ilustrasi)
Foto: AP/Tsafrir Abayov
Kontribusi masyarakat Arab terhadap pertumbuhan ekonomi Israel telah meningkat selama satu dekade terakhir. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi yang dilakukan Aaron Institute for Economic Policy di Universitas Reichman menemukan tanda-tanda bahwa kontribusi masyarakat Arab terhadap pertumbuhan ekonomi Israel telah meningkat selama satu dekade terakhir. Peningkatan integrasi penduduk Arab ke dalam angkatan kerja Israel telah menjadi salah satu mesin pertumbuhan ekonomi lokal.

Studi yang dipimpin oleh Direktur Pusat Kebijakan Ekonomi Masyarakat Arab Marian Tehawkho itu menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan tahunan dari tenaga kerja diantara orang-orang Arab-Israel telah tumbuh lebih cepat, dibandingkan di antara populasi Haredi dan non-religius di Israel, menunjukkan bahwa sosio kesenjangan pendapatan ekonomi semakin menyempit.

Baca Juga

Pendapatan kerja per kapita diantara perempuan dan laki-laki Arab dengan usia kerja antara 25-64 tahun melonjak rata-rata sebesar 4 persen per tahun pada 2012-2022. Angka pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan angka 2,6 persen di kalangan Yahudi ultra-Ortodoks dan 2,9 persen di kalangan Yahudi sekuler selama periode yang sama.

“Peningkatan pendapatan dari tenaga kerja di kalangan masyarakat Arab berarti ada peningkatan pendapatan dari pajak bagi pemerintah, dan penurunan ketergantungan penduduk Arab pada layanan kesejahteraan dan tunjangan sosial,” kata Tehawkho, dikutip dari The Times of Israel.

“Ketika masyarakat Arab memasuki dunia kerja dan membayar lebih banyak pajak, pemerintah perlu memberikan lebih sedikit tunjangan kesejahteraan dan mengatasi kemiskinan, dan pada gilirannya memiliki lebih banyak dana untuk membiayai pengeluaran, yang menjadi hal penting selama perang yang sedang berlangsung,” lanjutnya Tehawkho.

Tehawkho menghubungkan pertumbuhan tersebut dengan kenaikan tingkat lapangan kerja bagi perempuan Arab dan upah perempuan dan laki-laki Arab, seiring dengan peningkatan tingkat pendidikan selama dekade terakhir. Upah riil rata-rata di kalangan pria Arab telah meningkat dari NIS 7,910 pada 2012 menjadi NIS 11,000 pada 2022 dan di kalangan perempuan Arab dari NIS 5,555 menjadi NIS 6,669 pada periode yang sama.

“Tren positif pada masyarakat Arab, dalam pendidikan, lapangan kerja, dan pendapatan adalah hasil dari kebijakan pemerintah untuk memberikan insentif bagi warga Arab Israel untuk memasuki dunia kerja, mendukung program pendidikan, dan mendorong rencana pembangunan ekonomi,” ujarnya.

Akibatnya, jumlah rumah tangga Arab yang hidup di bawah garis kemiskinan menurun dari 54 persen pada 2012 menjadi 42 persen pada 2022, menurut penelitian tersebut.

Pemerintah Israel dalam beberapa tahun terakhir telah berinvestasi dalam program untuk mendidik, melatih, dan mengintegrasikan perempuan dan laki-laki Arab Israel ke dalam angkatan kerja lokal. Kegiatan itu memiliki banyak program yang berfokus pada industri teknologi tinggi, sebagai bagian dari upaya berkelanjutan untuk mempersempit kesenjangan lapangan kerja dan pendapatan antara warga Yahudi dan Arab Israel.

Namun, tingkat partisipasi penduduk Arab di pasar tenaga kerja teknologi masih rendah meskipun ada banyak inisiatif dari pemerintah. Penduduk Arab Israel berjumlah sekitar 20 persen dari populasi, namun hanya 2 persen pria Arab dan 1 persen wanita Arab yang bekerja di industri teknologi, menurut data pemerintah.

Tehawkho menjelaskan, penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi masyarakat Arab terhadap PDB di Israel. Sebab pemerintah dihadapkan pada tantangan peningkatan pengeluaran akibat meningkatnya biaya perang dan kebutuhan untuk berinvestasi pada mesin pertumbuhan untuk mengkatalisasi perekonomian yang dilanda perang.

“Jika tren dalam satu dekade terakhir terus berlanjut pada tingkat yang sama hingga 2030, kita dapat melihat peningkatan tingkat pertumbuhan pendapatan tenaga kerja menjadi 5 persen, yang berfungsi sebagai indikator seberapa besar kontribusi masyarakat Arab terhadap PDB,” kata Tehawkho.

Pendapatan masyarakat Arab menyumbang 10,3 persen... (baca di halaman selanjutnya)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement