REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China mendesak Uni Eropa menghentikan investigasi atas mobil listrik China. Mereka menilai hal tersebut dapat berisiko mengganggu rantai pasok global.
"China mendesak Uni Eropa untuk menghentikan penyelidikan tersebut sesegera mungkin agar tidak mengganggu kerja sama ekonomi dan perdagangan China-UE serta stabilitas rantai industri dan pasokan," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning dalam konferensi pers di Beijing, Kamis (30/5/2024).
UE meluncurkan penyelidikan antisubsidi terhadap impor kendaraan listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV) dari China pada Oktober 2023 setelah Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada September 2023 menuding bahwa kendaraan listrik China yang diimpor akan membanjiri Eropa dan mendistorsi pasar otomotif.
"Jika UE bersikeras melanjutkan penyelidikan, China tidak akan duduk diam dan hanya menonton. Kami akan mengambil segala tindakan yang diperlukan untuk secara tegas menjaga hak dan kepentingan kami," ungkap Mao Ning.
China, menurut Mao Ning, telah berulang kali menyatakan posisinya mengenai penyelidikan anti-subsidi UE terhadap impor kendaraan listrik dari China.
"Izinkan saya mengatakan bahwa sifat penyelidikan ini adalah bentuk proteksionisme. Ada banyak praktik dalam penyelidikan yang tidak dapat dibenarkan dan tidak konsisten dengan peraturan," tegas Mao Ning.
Tuduhan UE terhadap apa yang disebut sebagai subsidi oleh China juga tidak dapat dipertahankan.
Sebelumnya Menteri Perdagangan China Wang Wentao, dalam sebuah pertemuan meja bundar di Paris pada 7 April 2024 mengatakan bahwa perkembangan pesat para manufaktur kendaraan listrik China merupakan hasil dari inovasi teknologi yang berkesinambungan, sistem rantai pasokan yang mapan, serta persaingan pasar yang penuh, bukan karena subsidi.
Uni Eropa juga akan mengenakan....