Kamis 09 May 2024 12:06 WIB

Jangan Gundah Cadangan Devisa Turun, Bos BI Pede Segera Naik Lagi

Cadangan devisa pada April 2024 sebesar 136,2 miliar dolar AS.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Lida Puspaningtyas
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) berfoto sebelum memberikan update perkembangan ekonomi terkini dalam Taklimat Media di Gedung BI, Rabu (7/5/2024).
Foto: Republika/Rahayu Subekti
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) berfoto sebelum memberikan update perkembangan ekonomi terkini dalam Taklimat Media di Gedung BI, Rabu (7/5/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimistis cadangan devisa akan naik kembali. Meskipun masih tinggi, cadangan devisa pada April 2024 sebesar 136,2 miliar dolar AS turun dibandingkan posisi pada akhir Maret sebesar 140,4 miliar dolar AS. 

Perry menekankan cadangan sevisa saat ini lebih tinggi dari ukuran IMF. “Nggak usah gundah gulana, nggak usah insecure memang wajarnya begitu. Kita kumpulkan waktu panen, sekarang terjadi outflow ya turun tapi kami pastikan stoknya jauh lebih cukup dari yang kita perlukan,“ kata Perry dalam Taklimat Media, Rabu (8/5/2024). 

Baca Juga

Perry memastikan, Bank Indoenesia tetap melakuakn intervensi dengan menaikan BI Rate dan SRBI. Dia menuturkan, upaya tersebut terbukti memperkuat nilai tukar rupiah dan juga menarik inflow. 

“Stabilitas nilai tukar rupiah itu akan meningkatkan cadangan devisa ke depan. Kami akan mmastikan cadnagan devisa akan naik,” ucap Perry. 

Dia menjelaskan, cadangan devisa merupakan salah satu instrymen untuk melakukan stabilisasi bilai tukar rupiah. Untuk itu, Perry menegaskan cadangan devisa akan naik saat terjadi inflow dan surplus neraca perdagangan yang besar lalu akan turun kalau terjadi outflow. 

Untuk memastikan cadangan devisa saat ini tetap cukup, Perry mengacu kepada standar nasional tiga bulan. “Caara lain untuk berjaga-jaga indikator IMF, reserve adequacy ratio, termasuk untuk kebutuhan intervensi. Cadangan devisa kami jauh lebih tinggi dari ukurannya IMF,” ungkap Perry. 

Sebelumnya, Direktur Departemen Komunikasi BI Fajar Majardi menjelaskan, penurunan posisi cadangan devisa antara lain dipengaruhi oleh  pembayaran utang luar negeri pemerintah. Selain itu juga untuk kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah seiring dengan peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global. 

Fajar mengungkapkan, posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Selain itu juga berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor. 

"Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," ucap Fajar. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement