Jumat 26 Apr 2024 04:11 WIB

Dirut BRI Nilai Perbankan Perlu Bentuk Badan Ad Hoc Antisipasi Krisis

BRI telah melakukan berbagai stress test untuk merespons dinamika global.

Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, Sunarso.
Foto: BRI
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, Sunarso.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, Sunarso, menyatakan pelaku industri perbankan perlu membentuk suatu unit ad hoc untuk mengantisipasi dampak krisis perekonomian dan geopolitik global maupun gejolak pasar domestik.

“Yang paling penting menurut saya adalah kini sudah perlu bank membentuk ad hoc unit temporary semacam banking crisis center,” ujar Sunarso di Jakarta, Kamis (25/4/20240).

Baca Juga

Ia menuturkan bahwa unit ad hoc tersebut bertugas untuk menyediakan data bagi manajemen bank sebagai bahan analisa pembuatan respons kebijakan melalui simulasi atau stress test harian.

Menurutnya, saat terjadi krisis, stress test tidak dapat lagi dilakukan secara bulanan maupun mingguan, melainkan perlu setiap hari. Bahkan dalam situasi yang sangat mendesak, evaluasi tersebut berpotensi dibutuhkan setiap beberapa jam sekali.

Sunarso menilai upaya tersebut penting untuk memonitor berbagai masalah yang mungkin terjadi di pasar, mengingat kondisi pasar akan sangat bergejolak jika krisis semakin memburuk.

Ia menyatakan bentuk stress test yang dijalankan berkaitan dengan tingkat ekspansi penyaluran kredit, penghimpunan likuiditas, serta penyiapan cadangan pembiayaan. Tes tersebut juga dapat diimplementasikan untuk mengevaluasi kebijakan perseroan dan mengukur risiko kredit perbankan.

“Dalam merespon semua tantangan, baik global maupun domestik, kekuatannya terletak pada kemampuan untuk melakukan simulasi dan stress test. Dari hasil simulasi dan stress test itulah kami tetapkan strategi kebijakan yang tepat,” katanya.

Direktur utama BRI tersebut pun menyampaikan bahwa pihaknya telah melaksanakan berbagai stress test untuk merespons dinamika global yang terjadi tahun ini.

Ia mengatakan pada semester I 2024, pertumbuhan perbankan diproyeksikan moderat dengan tingkat risiko yang tinggi. Merespons hal tersebut, pihaknya pun memutuskan untuk melakukan ekspansi kredit secara moderat dengan pedoman portofolio kredit (loan portfolio guideline/LPG) yang diperketat dan mencari pendanaan dengan tenor jangka panjang.

“Kemudian kami juga mengawasi pinjaman bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) secara cepat, simulasi dan stress test harus kami lakukan secara kontinu, serta menjaga rasio cakupan (coverage ratio) di level tinggi,” ucap Sunarso.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement